Senin, 02 April 2012

Cerminkah Kita ?
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda :"المسلم مرآة المسلم"
bahwa "seorang muslim adalah cermin bagi saudaranya".
Tetapi tahukah kita kenapa mesti cermin, bukan emas, perak, dll.
Sungguh sebuah sabda sarat akan pelajaran penting bila kita sanggup untuk merenungkannya.
Kita harus meyakini bahwa sabda Rasul adalah wahyu, dan salah satu ciri wahyu adalah mengandung mukjizat, dan salah satu mukjizat Nabi SAW. adalah "jawami'ul kalim", artinya, Nabi SAW. diberikan karunia mukjizat kemampuan membuat ungkapan yang jelas, padat, meskipun hanya beberapa kata saja, lihat saja hadits Beliau di atas, dimana Nabi SAW. hanya membutuhkan 3 kata saja untuk menerangkan banyak pelajaran berikut :
Apakah kita memiliki cermin ? pasti jawaban kita adalah iya, mungkin juga cermin yang ada di rumah kita lebih dari satu, bahkan setiap ruangan ada cermin, itu karena cermin adalah bagian penting dari diri kita.
Kenapa ?
1. Bila kita mampir ke cermin tentu karena ada alasan, dan alasan kita itu penting, untuk melihat penampilan kita, sudah layak untuk disaksikan istri kita, anak kita, mertua kita, tetangga kita, sahabat kita, bos kita, atau calon istri kita bila kita mau lamaran. Ya, dan cermin adalah sahabat yang akan mengingatkan kita bila ada yang perlu dikoreksi
2. Bila kita mampir ke cermin dengan muka ceria, apa mungkin cermin menampilkan diri kita dengan raut muka yang sebaliknya? tentu tidak, dan itulah karakter cermin, ia akan merasa seperti yang kita rasa.
3. Bila ada noda di baju kita, pasti cermin akan menampilkan noda itu, jika ia kecil maka tampak kecil, demikian sebaliknya, yang tidak kita temui adalah cermin menampilkan ukuran yang tidak sesuai aslinya. Dan ini adalah perilaku lain dari cermin, tidak seperti kita, bila ada teman kita punya salah kecil kita tampakkan besar, atau kesalahan besar lalu kita anggap sepele.
4. Pernahkah kita melihat orang lain bercermin, atau bahkan kita sendiri yang bercermin, lalu lihatlah bagian tubuh kita, atau baju kita, atau apa saja yang tidak pas dari diri kita, misalnya hidung kita pesek, mata kita belok, bibir kita tebal, lalu setelah bercermin dan kita pergi, mungkin tidak cermin itu berbicara dengan sesama cermin lain dan ngobrol tentang kekurangan kita, ngerumpi tentang hal-hal yang tidak kita sukai tadi? sungguh cermin tidak akan berperilaku seperti itu, tentu lain dengan kita barangkali, teman kita yang pesek akan jadi bahan obrolan yang asyik, kesalahan saudara kita akan menjadi berita hangat, aib tetangga akan menjadi trending topic.
Maka dari itu, marilah kita menjadi sebenar-benarnya cermin. 


 Cerminkah Kita ? Bag.2
dalam cermin kita juga mendapatkan pelajaran yang sangat berharga terkait dengan hubungan berjama'ah, dimana dalam sebuah jama'ah atau organisasi, maka ada pemimpin dan ada anak buah, dalam rumah tangga ada Kepala rumah tangga dan ada anggota keluarga, yang mana semua individu dalam organisasi tersebut harus berjalan seiring dan bekerja sama untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Nah, disinilah letak ujian dan perjuangan yang sesungguhnya dari sebuah jama'ah, kenapa demikian ?
Pernahkah anda mengajak teman anda untuk berperilaku sebagai cermin dan anda sebagai orang yang bercermin?, coba anda lalkukan gerakan-gerakan apa saja yang anda inginkan, dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang sulit dimana gerakan itu hanya anda yang bisa melakukan, lalu lihatlah teman anda yang bertindak sebagai cermin, sempurnakah dia menirukan semua gerakan anda? pasti jawabannya tidak, kenapa? karena dia adalah pihak penerima pesan, yang secara manusiawi tidak terlepas dari 3 faktor "K", yaitu "kekurangan", "keterbatasan" dan "kelemahan".
Oleh karena itu, bila kita adalah seorang pemimpin, maka harus faham betul dengan situasi anggota kita, agar setiap tugas yang kita berikan kepada anggota tidak salah delegasi, itulah mengapa Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam memberikan jawaban yang berbeda-beda kepada para sahabatnya tatkala mereka bertanya tentang amalan yang paling utama, karena Beliau sangat tahu dan memahami kondisi si penanya. wallahu a'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar