Selasa, 10 April 2012

4 Keinginan 4 Wanita Eropa

Terkadang karena ketidakmengertian, banyak orang tidak mengetahui keagungan ajaran Islam dalam segala aspeknya termasuk diantaranya adalah memuliakan wanita. Tidak ada dimuka bumi ini satupun agama yang memuliakan wanita sebagaimana Islam memuliakan mereka. Maka banyak wanita di Eropa merasa iri dengan kemuliaan yang dirasakan oleh wanita muslimah.

Berikut ini kami sampaikan 4 (empat) angan-angan yang dimiliki oleh 4 orang wanita Eropa sebagaimana tercatat dalam banyak buku.

Seorang wanita berkebangsaan Inggris yang angan-angannya telah ditulis lebih dari seratus tahun yang lewat.

Seorang wanita yang berprofesi sebagai penulis terkenal bernama Ety Rudh menulis dalam sebuah artikel yang disebarluaskan pada tahun 1901: “Sungguh seandainya anak-anak perempuan kita sibuk bekerja dalam rumah sebagai pembantu atau seperti pembantu, itu lebih baik dan lebih ringan resikonya daripada meniti karier diberbagai instansi, karena meniti karir diluar rumah itu menyebabkan seorang wanita ternodai berbagai kotoran yang menghilangkan indahnya kehidupan untuk selama-lamanya.
Andaikan saja negeri kita ini seperti negeri orang-orang Islam yang berhias dengan rasa malu, menjaga kehormatan dan kesucian !?
Sungguh sebuah aib di negeri Inggris yang menjadikan putri-putrinya sebagai teladan dalam keburukan karena seringnya bercampur baur dengan laki-laki. Jika demikian mengapa kita tidak berusaha untuk menjadikan putri-putri kita bekerja sesuai dengan fitrah dan tabiatnya sebagai wanita yaitu dengan mengurusi rumah tangga dan membiarkan berbagai jenis pekerjaan laki-laki untuk kaum laki-laki dalam rangka menjaga kemuliaannya.”


Seorang wanita berkebangsaan Jerman

Dia berkata: “Sesungguhnya aku ingin berada di rumah saja akan tetapi selama perkembangan ekonomi Jerman akhir-akhir ini tidak bisa menyentuh semua lapisan masyarakat maka permasalahan seperti ini yaitu back to home adalah sebuah kemustahilan. Sungguh suatu hal yang sangat menyedihkan.” (dikutip dari majalah mingguan berbahasa Jerman)”.


Seorang perempuan berkebangsaan Italia

Dia berkata kepada doktor Mustafa as-Shiba’i rahimahullah: “Sungguh aku merasa iri dengan wanita muslimah dan aku berangan-angan seandainya aku dilahirkan di negeri kalian.”


Seorang wanita berkebangsaan Perancis

Kisah dibawah ini diceritakan oleh Syaikh Abdurrahman dari seorang dokter muslim laki-laki yang hidup di Perancis ketika dokter laki-laki ini ditanya oleh teman kerjanya -seorang dokter wanita berkebangsaan Perancis yang beragama Nashrani-. Dokter wanita ini bertanya kepadanya tentang keadaan istrinya, seorang muslimah yang berhijab dengan baik terutama bagaimana istrinya menghabiskan hari-harinya di dalam rumah serta aktivitas apa saja yang dijalani setiap harinya.
Sang dokter menjawab: “Ketika istriku bangun dipagi hari maka dia menyiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan anak-anak di sekolah, kemudian tidur sampai jam 9 atau 10 pagi. Setelah itu dia bangun untuk membersihkan dan mengatur hal-hal lain yang dibutuhkan di dalam rumah. Setelah urusan bersih-bersih selesai maka dia akan sibuk dengan urusan di dapur dan penyiapan makanan.”
Dengan penuh keheranan dokter perempuan tersebut bertanya: “Siapa yang memenuhi kebutuhannya, padahal dia tidak bekerja?!”
Dengan singkat sang dokter mengatakan: “Saya.”
“Lalu siapakah yang membelikan berbagai kebutuhannya?” Lanjut sang dokter wanita tersebut bertanya.
“Aku yang membelikan semua yang dia inginkan.” Jawab dokter muslim tersebut.
Dengan penuh keheranan dan ketercengangan wanita tersebut mengatakan: “Engkau yang membelikan segala sesuatu untuk istrimu?!”
Dia menjawab: “Ya.”
Perempuan tersebut bertanya lagi: “Sampai-sampai urusan perhiasan emas?!”
“Ya.” jawab dokter muslim tersebut sekali lagi.
“Sungguh istrimu adalah seorang permaisuri.” Komentar akhir perempuan tadi.

Dokter yang menceritakan kisah ini bersumpah dengan nama Allah, bahwa pada akhirnya dokter wanita tadi menawarkan diri kepadanya untuk bercerai dan berpisah dari suaminya, dengan syarat dokter tadi mau menikahinya, sehingga dia bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai dokter perempuan, lalu tinggal dirumah sebagaimana layaknya seorang wanita muslimah. Tidak hanya itu, dokter perempuan tersebut rela menjadi istri kedua seorang laki-laki muslim dengan syarat dia diperbolehkan tinggal saja di dalam rumah.


Inilah Islam, satu-satunya agama yang benar-benar memuliakan wanita. Karena orang-orang Barat mengetahui bahwa baiknya umat Islam adalah dengan berdiam dirinya kaum wanita mereka didalam rumah-rumah mereka. Oleh karena itu mereka membuat berbagai makar, sehingga wanita muslimah meninggalkan rumah, dan berbagai rencana lain untuk merusak wanita muslimah, sehingga mereka melepas jilbab dan tidak lagi memiliki hubungan dengan agama kecuali pada waktu shalat, inipun seandainya dia masih mau shalat. Berbagai makar ini dikemas dengan dalih kebebasan wanita, demokrasi, hak-hak asasi manusia dan hak-hak wanita.

Sesungguhnya tugas pokok seorang wanita dalam ajaran Islam yang disadari betul oleh orang-orang Barat adalah pembentuk tokoh dan pendidik generasi. Darinyalah anak-anak belajar tentang nilai-nilai luhur, menjaga kehormatan, menjauhi akhlak-akhlak tercela, mencintai Islam, dan mendahulukannya diatas nyawa dan darah.

Sangat disayangkan, setelah menyimak kisah-kisah di atas, kita lihat sebagian wanita muslimah tidak menemukan kemerdekaan kecuali dengan kacamata Barat dan mereka tidak mengetahui hak-hak mereka kecuali dari sudut pandang dari orang-orang Barat.

Yang jelas mereka adalah korban-korban pendidikan yang keliru yang tidak tersentuh nilai Islam sedikitpun. Dalam kesempatan ini kami tegaskan bahwasanya Islam tidak akan berdiri tegak kecuali dengan mengembalikan wanita ke dalam rumah untuk melaksanakan kewajiban mereka yang paling penting yaitu membentuk generasi yang akan mengantarkan umat Islam menjadi pemimpin kemanusiaan.@

Majalah Qiblati Edisi 7 Tahun I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar