Senin, 16 April 2012

Delapan kebohongan ibu
Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya Dalam
kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa
kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam
penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru
sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka
mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah
energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum
bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai
seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin.
Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika
makan, ibu seringmemberikan porsi nasinya untukku.
Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
"Makanlah nak, aku tidak lapar" --------- KEBOHONGAN IBU
YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering
meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing
di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil
pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
untuk petumbuhan anaknya.
Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar
dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan
itu, ibu duduk disampingku dan memakan sisa daging ikan
yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas
sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti
itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat
menolaknya, ia berkata:
"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------
KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah
abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa
sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil
tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk
menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku
bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu
pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan
pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku
berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih
harus kerja.
" Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku
tidak capek" --------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat
menemaniku pergiujian. Ketika hari sudah siang, terik
matahari mulai menyinari, ibu yangtegar dan gigih
menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa
jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian
sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan
menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang
dingin untukku.Teh yang begitu kental tidak
dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih
kental.Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera
memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya
minum. Ibu berkata :
"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN
IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang
harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan
berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia
harusmembiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan
keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari
tanpapenderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin
parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di
dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah
rumah melihatkehidupan kita yang begitu sengsara,
seringkali menasehati ibuku untukmenikah lagi. Tetapi ibu
yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat
mereka, ibu berkata:
"Saya tidak butuh cinta" --------- KEBOHONGAN IBU YANG
KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat
dari sekolah danbekerja, ibu yang sudah tua sudah
waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk
pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur
untukmemenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan
abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan
sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan
ibu,tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
tersebut. Malahan mengirimbalik uang tersebut. Ibu
berkata :
"Saya punya duit" --------- KEBOHONGAN IBU YANG
KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan
kemudianmemperoleh gelar master di sebuah universitas
ternama di Amerika berkatsebuah beasiswa di sebuah
perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan
itu.Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud
membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi
ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan
anaknya, ia berkata kepadaku
"Aku tidak terbiasa" --------- KEBOHONGAN IBU YANG
KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkenapenyakit
kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang
berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera
pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu
yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi. Ibu yang keliatansangat tua, menatap aku dengan
penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebardi
wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang
ditahannya.Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu
menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan
kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambilberlinang
air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam
kondisiseperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata :
"jangan menangis anakku,Aku tidak kesakitan" ---------
KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan,
ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir
kalinya.
---ooOOOoo---
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian
pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : "
Terima kasih ibu, dan terimakasih ayah ! " Coba dipikir-
pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak
menghabiskan waktu kita untukberbincang dengan ayah
ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini,
kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk
meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa
akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan
dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar
kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita,
cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas
apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah
kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas
apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini
benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk
membalas budi ortu kita, lakukanlah ang terbaik. Jangan
sampai ada kata "MENYESAL" dikemudian hari.
Sumber :maestromuda.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar