Kamis, 05 April 2012

Bisa juga dilihat dicatatan Nantikanku Dibatas Waktu ==>http://www.facebook.com/notes/maiya-azyzaa/novel-bidadari-bidadari-surga-bagian-1/247293605353089

BIDADARI-BIDADARI SURGA by Tere Liye

BAGIAN 1

EMPAT PENJURU

"PULANGLAH. Sakit kakak kalian semakin parah. Dokter bilang mungkin
minggu depan, mungkin besok pagi, boleh jadi pula nanti malam. Benar-benar
tidak ada waktu lagi. Anak anakku, sebelum semuanya terlambat, pulanglah...."
Wajah keriput nan tua itu menghela nafas.
Sekali. Dua kali. Lebih panjang. Lebih berat. Membaca pesan itu entah
untuk berapa kali lagi. Pelan menyeka pipinya yang berlinang, juga lembut
menyeka dahi putri sulungnya, wanita berwajah pucat yang terbaring lemah di
hadapannya. Mengangguk. Berbisik lembut: "Ijinkan, Mamak mengirimkannya,
Lais.... Mamak mohon...."
Pagi indah datang di lembah itu.
Cahaya matahari mengambang di antara kabut.
Embun menggelayut di dedaunan strawberry. Buahnya yang beranjak
ranum nan memerah. Hamparan perkebunan strawberry terlihat indah
terbungkus selimut putih sejauh mata memandang.
Satu bilur air mata akhirnya ikut menetes dari wanita berwajah redup
yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Mereka berdua bersitatap satu
sama lain, lamat-lamat. Lima belas detik senyap. Hanya desau angin lembah
menelisik daun jendela. Ya Allah, sungguh sejak kecil ia menyimpan semuanya
sendirian. Sungguh. Demi adik-adiknya. Demi kehidupan mereka yang lebih
baik. Ia rela melakukannya. Tapi, sepertinya semua sudah usai. Waktunya sudah
selesai. Tidak lama lagi.
Sudah saatnya mereka tahu. Sudah saatnya....
Perempuan berwajah pucat di atas ranjang berusaha tersenyum, dengan
sisa-sisa tenaga. Sedikit terbatuk, bercak darah merah mengalir dari sela bibir
bersama dahak. Bernafas sesak. Semakin kesakitan. Namun sekarang muka
tirusnya mengembang oleh sebuah penerimaan. Ia perlahan mengangguk.
Tangan tua itu demi melihat anggukan putri sulungnya, tanpa menunggu
lagi gemetar menekan tombol ok. Message transmitted. Maka! Dalam hitungan
seperjuta kedipan mata.
Melesat Berpilin. Berputar.
Seketika saat tombol ok itu ditekan, jika mata bisa melihatnya, bak
komet, bagai anak panah, macam rudal berkecepatan tinggi, 203 karakter SMS
itu berubah menjadi data binari 0-1-0-1! Menderu tak-tertahankan menuju
tower BTS (base transmitter station) terdekat. Sepersekian detik lagi lantas
dilontarkan sekuat tenaga menuju satelit Palapa C-2 ratusan kilometer di atas
sana, berputar dalam sistem pembagian wilayah yang rumit, bergabung dengan
jutaan pesan, suara, streaming gambar, dan data lainnya dari berbagai sudut
muka bumi (yang hebatnya tak satupun tertukar-tukar), lantas sebelum mata
sempat berkedip lagi, pesan tersebut sudah dilontarkan kembali ke muka bumi!
Pecah menjadi empat.
Bagai meteor yang terbelah, pecahan itu berpendar-pendar sejuta warna
menghujam ke empat penjuru dunia.
Empat nomor telepon genggam!
Tak peduli di manapun itu berada. Tak peduli sedang apapun pemiliknya.
Kabar itu segera terkirimkan. Melesat mencari empat nomor telepon genggam
yang dituju.
Pulanglah anak-anakku! Untuk pertama dan sekaligus untuk terakhir
kalinya, kakak kalian membutuhkan kalian………

BERSAMBUNG..,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar