Cinta – Sepucuk Surat Cinta Untukmu Bidadariku ~
Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu, bidadariku. Namun bukan saat ini, nanti..., Di saat ikrar pernikahan telah mengikat kita dalam suci. Menjalin kita dalam tali halal. Meresmikan cinta kita secara syari’at. Saat ijab qabul telah terlantun merdu. Saat itulah sayang, akan kuberikan bingkisan diluar mahar yang kuberikan serta syarat yang mungkin kau persyaratkan. Bukan sesuatu yang special, bukanlah sesuatu yang mahal, bukanlah sesuatu yang berarti materi melimpah. Namun hanyalah sepucuk surat tanpa judul dan usang, surat yang telah kutulis jauh sebelum kumengenal indah akhlaqmu, melihat cantik wajahmu, melihat lembut dan sopan lakumu. Walau tak pernah aku melihatmu sedikit pun, sebenarnya kita telah dipertemukan oleh Allah saat kita belum di dunia, saat kita masih di Alam Ruh, saat itu sangat jelas namamu terukir di sampingku, indah bak tertulis dengan tinta emas. Surat ini kutulis jauh di saat aku masih bodoh dalam beragama, masih lemah dalam menjalani hidup, masih rapuh dalam bertopang. Surat ini untukmu sayang, untukmu bidadariku. Walau apa yang tertulis tidaklah seindah Kahlil Gibran merangkai kata, tak semerdu terdengar layaknya qori’, aku tulis surat ini dengan linangan air mata. Sekali lagi, surat ini untukmu cantik…
My sweety, selain surat usang dan berdebu ini, juga kuberikan Al Quran. Kuharap dirimu selalu melantunkan kalamullah dengan merdu, saat sempit maupun lapang, saat ada aku maupun tidak. Kuingin setiap kali aku di rumah setelah hari pernikahan kita, firman Allah yang indah selalu melantun dari lisanmu yang merdu. Ingin setiap kali letih menghampiri sepulang kerja, kau suguhi aku dengan lantunan ayat-ayat penuh hikmah yang melegakan dahaga jiwa selain kau suguhkan segelas air putih yang menghilangkan panas di dalam system percenaanku. Aku sangat berharap pula sayang, saat aku tak mampu lagi berbuat apa-apa, bahkan hanya untuk menggerakkan jariku, saat itu kau tetap setia melantunkan kalamullah demi membuatku memperoleh ketenangan jiwa.
Cinta, berjanjilah kau akan lakukan itu untukku. Dan, aku juga sangat berharap saat nanti Malaikat Izrail datang menyapa dan aku harus kembali kepada-Nya, tetaplah basahi bibirmu dengan tilawah di setiap waktu, setiap ba’da sholat fardhu maupun sunnah, saat dipertiga malam ketika anak-anak kita terlelap dalam mimpinya yang indah, berjanjilah cinta bahwa ayat-ayat Al Quran tetap terlantun. Karena cinta, aku tak mampu memberimu dunia yang berlimpah, hanya Al Quran yang mampu kuberi selain nafkah sehari-hari yang akan aku penuhi, selain anak-anak yang sholeh dan sholehah, selain ilmu yang akan aku bagi untukmu. Dan Al Quran yang akan membimbing setiap langkah kita serta sabda Rasul SAW. Berjanjilah sayang, bacalah walau hanya seayat, karena aku pasti rindu nyanyian merdumu.
Cinta, aku tulis surat ini juga sebagai ungkapan syukur dari diriku yang telah Allah ridhoi menjadi pendampingmu. Bidadari yang tak mudah diperoleh oleh siapapun. Dan aku, adalah satu-satunya yang dipercaya oleh ayahmu untuk mendampingi, melindungi, serta mengayomi. Syukur Alhamdulillah, dan aku berjanji akan melindungimu dengan segenap jiwa dan ragaku. Menjagamu dengan seluruh kemampuan yang aku miliki. Walaupun sayang, aku tak sekuat dan seperkasa ayahmu. Namun aku janji, akau akan menjagamu sampai Allah memisahkan kita dengan malaikat-Nya, Izrail. Sayang, percayalah bahwa aku akan memberikan hakmu sebagai seorang istri, memberimu nafkah lahiriah maupun batiniah. Aku berjanji sayang, akan kulakukan apapun agar kau bahagia, tentunya dengan semua hal yang halal dan diridhoi Allah.
Cantik, izinkanlah, nanti sebelum kuucapkan ijab dan akhirnya disyahkan pernikahan kita, aku lantunkan satu ayat saja, An Nisa ayat 34. Agar semua orang tahu dan dirimu juga tahu bahwa aku serius dan aku akan menjadi lelaki yang bertanggung jawab. Aku tak kan menyia-nyiakan dirimu, sedikitpun. Bahkan sayang, dalam dinginnya malam tak kan sampai sedikitpun nyamuk menggigit kulit indahmu. Kan ku jaga ragamu, hatimu, perasaanmu. Aku lakukan semuanya dengan cinta, cintaku yang dalam untukmu sayang.
Jelita, nanti saat kau telah halal, saat salam pertama sholat jama’ah kita. Maukah kau cium tanganku sebagai tanda bahwa kau cinta padaku? aku harap sayang mau melakukannya karena hati ini akan semakin mencintaimu. Entahlah, tapi aku sangat senang jika kau cium tanganku. Dan sayang, janganlah lupa untuk selalu ada disampingku, sebagai bidadariku yang tercantik serta menjadi pengingatku. Tahulah sayang bahwa ku adalah makhluq yang lebih banyak lupanya dari pada ingat. Ingatkan aku dalam hal yang aku menyimpang dari syari’at dan dukung setiap langkah peneguhan syari’at, saat dakwah sedang memerlukan peluh yang lebih lagi. Tetaplah menjadi penguat hatiku saat ku rapuh, tetaplah menjadi pendampingku saat aku bejuang, dan jadilah yang selalu mengingatkan saat khilaf bersarang. Sayang, jangan lupa untuk lakukan itu ya....
Sayangku yang manis, ingin saat nanti setelah Al Fatihah pertama sholat jama’ah kita, saat kau telah halal untukku, seusai salam kukecup keningmu, kukecup pipimu. Sayang, tidak hanya itu, saat tiap kali aku berangkat kerja mencari nafkah dan saat ku pulang dan letih, ingin kuberi kau kecupan penuh sayang dan cinta. Ini adalah tanda cinta dan kasihku untukmu bidadariku yang paling manis. Bahkan cinta, saat nanti kulitmu tak lagi sekencang dulu, ingin kecupan ini selalu untukmu. Saat tubuhmu bungkuk pun, ingin kupeluk sayang dan tak kan pernah aku lepaskan. Walaupun belai lembut tanganmu sudah tak selembut dulu, akan terus kugenggam erat dan tak kan pernah kulepas. Walaupun kilau rambutmu telah memudar dan berganti putih, akan terus kubelai agar kau nyaman. Cinta, jangan khawatir, kau tetaplah bidadariku yang paling cantik....
Istriku sayang, ingin kita memperoleh anak yang pertama adalah seorang perempuan. Agar nanti kau tanamkan cinta kasih kepada Allah, Rasul-Nya, Al Quran, Islam. Agar nanti dia tumbuh dan mencerminkan indah akhlaqmu. Serta satu harapku yang tersirat, jika nanti Allah lebih menghajatmu untuk kembali kepada-Nya lebih dulu, aku dapat mengobati rindu akan dirimu dengan memandang dirimu dari putri kita. Dan aku ingin selang tak lama, tak sampai dua tahun, ingin kita punya anak laki-laki. Dia yang akan aku didik dan aku tempa menjadi seorang mujahid yang tegar, yang kuat bahkan melebihi aku. Dan harap tersiratku adalah jika Allah lebih dulu menyapaku kepada-Nya, putra kita mampu menjagamu dan kakaknya. Semoga harap kita dapat diridhoi Allah.
Sayang, sebelum Malaikat Izrail menjemput salah satu dari kita atau bahkan bersama, aku ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Di setiap hariku tak kan bosan ku ucapkan 3 kata; I Love You. Itulah kata-kata yang akan selalu kuberikan untukmu, kuharap kau tak bosan mendengarnya. Dan kata-kata itu tak kan pernah kukatakan kepada yang lain seperti halnya Ali ibn Abi Thalib yang menjadikan Fatimah Az Zahra sebagai satu-satunya bidadari semasa hidup Fatimah. Sayang, ini bukanlah maksudku untuk melanggar apa yang telah dilakukan Rasul, hanya saja aku telah bahagia bersanding denganmu, menurutku kaulah yang tercantik dan termanis.
Cintaku, ingin ku jadikan dirimu bidadariku di dunia maupun di akhirat. Seperti pintaku dalam setiap sungkuran sujudku. Seperti harap dan doaku saat tengadah tangan kepada Rabb yang Maha Mengijabah doa. Harap untuk bersamamu kembali di sana, di akhirat, di sana di surganya yang seluas langit dan bumi.
Cintaku, sayangku, aku mencintaimu karena Allah dan kaulah bidadariku yang paling indah…
Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu, bidadariku. Namun bukan saat ini, nanti..., Di saat ikrar pernikahan telah mengikat kita dalam suci. Menjalin kita dalam tali halal. Meresmikan cinta kita secara syari’at. Saat ijab qabul telah terlantun merdu. Saat itulah sayang, akan kuberikan bingkisan diluar mahar yang kuberikan serta syarat yang mungkin kau persyaratkan. Bukan sesuatu yang special, bukanlah sesuatu yang mahal, bukanlah sesuatu yang berarti materi melimpah. Namun hanyalah sepucuk surat tanpa judul dan usang, surat yang telah kutulis jauh sebelum kumengenal indah akhlaqmu, melihat cantik wajahmu, melihat lembut dan sopan lakumu. Walau tak pernah aku melihatmu sedikit pun, sebenarnya kita telah dipertemukan oleh Allah saat kita belum di dunia, saat kita masih di Alam Ruh, saat itu sangat jelas namamu terukir di sampingku, indah bak tertulis dengan tinta emas. Surat ini kutulis jauh di saat aku masih bodoh dalam beragama, masih lemah dalam menjalani hidup, masih rapuh dalam bertopang. Surat ini untukmu sayang, untukmu bidadariku. Walau apa yang tertulis tidaklah seindah Kahlil Gibran merangkai kata, tak semerdu terdengar layaknya qori’, aku tulis surat ini dengan linangan air mata. Sekali lagi, surat ini untukmu cantik…
My sweety, selain surat usang dan berdebu ini, juga kuberikan Al Quran. Kuharap dirimu selalu melantunkan kalamullah dengan merdu, saat sempit maupun lapang, saat ada aku maupun tidak. Kuingin setiap kali aku di rumah setelah hari pernikahan kita, firman Allah yang indah selalu melantun dari lisanmu yang merdu. Ingin setiap kali letih menghampiri sepulang kerja, kau suguhi aku dengan lantunan ayat-ayat penuh hikmah yang melegakan dahaga jiwa selain kau suguhkan segelas air putih yang menghilangkan panas di dalam system percenaanku. Aku sangat berharap pula sayang, saat aku tak mampu lagi berbuat apa-apa, bahkan hanya untuk menggerakkan jariku, saat itu kau tetap setia melantunkan kalamullah demi membuatku memperoleh ketenangan jiwa.
Cinta, berjanjilah kau akan lakukan itu untukku. Dan, aku juga sangat berharap saat nanti Malaikat Izrail datang menyapa dan aku harus kembali kepada-Nya, tetaplah basahi bibirmu dengan tilawah di setiap waktu, setiap ba’da sholat fardhu maupun sunnah, saat dipertiga malam ketika anak-anak kita terlelap dalam mimpinya yang indah, berjanjilah cinta bahwa ayat-ayat Al Quran tetap terlantun. Karena cinta, aku tak mampu memberimu dunia yang berlimpah, hanya Al Quran yang mampu kuberi selain nafkah sehari-hari yang akan aku penuhi, selain anak-anak yang sholeh dan sholehah, selain ilmu yang akan aku bagi untukmu. Dan Al Quran yang akan membimbing setiap langkah kita serta sabda Rasul SAW. Berjanjilah sayang, bacalah walau hanya seayat, karena aku pasti rindu nyanyian merdumu.
Cinta, aku tulis surat ini juga sebagai ungkapan syukur dari diriku yang telah Allah ridhoi menjadi pendampingmu. Bidadari yang tak mudah diperoleh oleh siapapun. Dan aku, adalah satu-satunya yang dipercaya oleh ayahmu untuk mendampingi, melindungi, serta mengayomi. Syukur Alhamdulillah, dan aku berjanji akan melindungimu dengan segenap jiwa dan ragaku. Menjagamu dengan seluruh kemampuan yang aku miliki. Walaupun sayang, aku tak sekuat dan seperkasa ayahmu. Namun aku janji, akau akan menjagamu sampai Allah memisahkan kita dengan malaikat-Nya, Izrail. Sayang, percayalah bahwa aku akan memberikan hakmu sebagai seorang istri, memberimu nafkah lahiriah maupun batiniah. Aku berjanji sayang, akan kulakukan apapun agar kau bahagia, tentunya dengan semua hal yang halal dan diridhoi Allah.
Cantik, izinkanlah, nanti sebelum kuucapkan ijab dan akhirnya disyahkan pernikahan kita, aku lantunkan satu ayat saja, An Nisa ayat 34. Agar semua orang tahu dan dirimu juga tahu bahwa aku serius dan aku akan menjadi lelaki yang bertanggung jawab. Aku tak kan menyia-nyiakan dirimu, sedikitpun. Bahkan sayang, dalam dinginnya malam tak kan sampai sedikitpun nyamuk menggigit kulit indahmu. Kan ku jaga ragamu, hatimu, perasaanmu. Aku lakukan semuanya dengan cinta, cintaku yang dalam untukmu sayang.
Jelita, nanti saat kau telah halal, saat salam pertama sholat jama’ah kita. Maukah kau cium tanganku sebagai tanda bahwa kau cinta padaku? aku harap sayang mau melakukannya karena hati ini akan semakin mencintaimu. Entahlah, tapi aku sangat senang jika kau cium tanganku. Dan sayang, janganlah lupa untuk selalu ada disampingku, sebagai bidadariku yang tercantik serta menjadi pengingatku. Tahulah sayang bahwa ku adalah makhluq yang lebih banyak lupanya dari pada ingat. Ingatkan aku dalam hal yang aku menyimpang dari syari’at dan dukung setiap langkah peneguhan syari’at, saat dakwah sedang memerlukan peluh yang lebih lagi. Tetaplah menjadi penguat hatiku saat ku rapuh, tetaplah menjadi pendampingku saat aku bejuang, dan jadilah yang selalu mengingatkan saat khilaf bersarang. Sayang, jangan lupa untuk lakukan itu ya....
Sayangku yang manis, ingin saat nanti setelah Al Fatihah pertama sholat jama’ah kita, saat kau telah halal untukku, seusai salam kukecup keningmu, kukecup pipimu. Sayang, tidak hanya itu, saat tiap kali aku berangkat kerja mencari nafkah dan saat ku pulang dan letih, ingin kuberi kau kecupan penuh sayang dan cinta. Ini adalah tanda cinta dan kasihku untukmu bidadariku yang paling manis. Bahkan cinta, saat nanti kulitmu tak lagi sekencang dulu, ingin kecupan ini selalu untukmu. Saat tubuhmu bungkuk pun, ingin kupeluk sayang dan tak kan pernah aku lepaskan. Walaupun belai lembut tanganmu sudah tak selembut dulu, akan terus kugenggam erat dan tak kan pernah kulepas. Walaupun kilau rambutmu telah memudar dan berganti putih, akan terus kubelai agar kau nyaman. Cinta, jangan khawatir, kau tetaplah bidadariku yang paling cantik....
Istriku sayang, ingin kita memperoleh anak yang pertama adalah seorang perempuan. Agar nanti kau tanamkan cinta kasih kepada Allah, Rasul-Nya, Al Quran, Islam. Agar nanti dia tumbuh dan mencerminkan indah akhlaqmu. Serta satu harapku yang tersirat, jika nanti Allah lebih menghajatmu untuk kembali kepada-Nya lebih dulu, aku dapat mengobati rindu akan dirimu dengan memandang dirimu dari putri kita. Dan aku ingin selang tak lama, tak sampai dua tahun, ingin kita punya anak laki-laki. Dia yang akan aku didik dan aku tempa menjadi seorang mujahid yang tegar, yang kuat bahkan melebihi aku. Dan harap tersiratku adalah jika Allah lebih dulu menyapaku kepada-Nya, putra kita mampu menjagamu dan kakaknya. Semoga harap kita dapat diridhoi Allah.
Sayang, sebelum Malaikat Izrail menjemput salah satu dari kita atau bahkan bersama, aku ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Di setiap hariku tak kan bosan ku ucapkan 3 kata; I Love You. Itulah kata-kata yang akan selalu kuberikan untukmu, kuharap kau tak bosan mendengarnya. Dan kata-kata itu tak kan pernah kukatakan kepada yang lain seperti halnya Ali ibn Abi Thalib yang menjadikan Fatimah Az Zahra sebagai satu-satunya bidadari semasa hidup Fatimah. Sayang, ini bukanlah maksudku untuk melanggar apa yang telah dilakukan Rasul, hanya saja aku telah bahagia bersanding denganmu, menurutku kaulah yang tercantik dan termanis.
Cintaku, ingin ku jadikan dirimu bidadariku di dunia maupun di akhirat. Seperti pintaku dalam setiap sungkuran sujudku. Seperti harap dan doaku saat tengadah tangan kepada Rabb yang Maha Mengijabah doa. Harap untuk bersamamu kembali di sana, di akhirat, di sana di surganya yang seluas langit dan bumi.
Cintaku, sayangku, aku mencintaimu karena Allah dan kaulah bidadariku yang paling indah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar