Selasa, 01 Mei 2012

Berbulan Madu
dengan
Bidadari…
Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda
yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun
belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid
Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-
tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam.
Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.
“Wahai saudaraku Zahid….selama ini engkau sendiri
saja,” Rasulullah SAW menyapa.
“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.
“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau
membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,”
kata Rasulullah SAW.
Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek,
siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”
” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata
Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya
untuk membuat surat yang isinya adalah melamar
kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak
seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya
dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu
dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah
Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka
Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan
surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.
“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul
yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”
Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”
Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca
surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab
perkawinan yang selama ini biasanya seorang
bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan
dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah
yang dinamakan SEKUFU.
Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku,
betulkah surat ini dari Rasulullah?”
Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku
berbohong….”
Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan
berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap
tamu ini…. bukankah lebih disuruh masuk?”
“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang
melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata
ayahnya.
Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis
sejadi-jadinya dan berkata, “Wahai ayah, banyak
pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya
menginginkan aku, aku tak mau ayah…..!” dan Zulfah
merasa dirinya terhina.
Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku,
engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku
menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah
bahwa lamaranmu ditolak.”
Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti
menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah,
mengapa membawa-bawa nama rasul?”
Akhirnya Said berkata, “Ini yang melamarmu adalah
perintah Rasulullah.”
Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas
kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada
ayahnya, “Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata
bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera
aku harus dikawinkan dengan pemuda ini. Karena ingat
firman Allah dalam Al-Qur’an surat 24 : 51.
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila
mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan.
Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24:51)”
Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa
dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan
segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud
syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik
Zahid yang berbeda dari biasanya.
“Bagaimana Zahid?”
“Alhamdulillah diterima ya rasul,” jawab Zahid.
“Sudah ada persiapan?”
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul,
kami tidak memiliki apa-apa.”
Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar,
Ustman, dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan
uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk
membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah
Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk
menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan
Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum
Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata,
Zahid bertanya, “Ada apa ini?”
Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir
akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak
mengerti?”.
Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah kalau
begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan
kubelikan kuda yang terbagus.”
Para sahabat menasehatinya, “Wahai Zahid, nanti malam
kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”
Zahid menjawab dengan tegas, “Itu tidak mungkin!”
Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, “Jika bapak-
bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya
(dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. 9:24).
Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran
dan mati syahid di jalan Allah.
Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan
madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada
Zulfah.”
Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an surat 3 : 169-170
dan 2:154). “Janganlah kamu mengira bahwa orang-
orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka
itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah
yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka
bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal
dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati“.(QS 3: 169-170).
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang
yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati,
bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu
tidak menyadarinya.” (QS. 2:154).
Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan
Zulfahpun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon
suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di
dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”
HIKMAH
Mudah-mudahan bermanfaat dan bisa menjadi renungan
buat kita bahwa, “Untuk Allah di atas segalanya, and die
as syuhada.” Jazakumullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar