Lebih Syahdu Dengan Cemburu..
====================
Cemburu
itu bumbu percintaan begitu kata seorang istri yang baru beberapa
bulan melepas masa lajangnya. Tanpa cemburu rasanya tak berkesan,
dingin. Terlalu cemburu juga repot bikin kepala pusing, pulang telat
sedikit bisa ngambek orang rumah kata sang suami.
Atau
memang sudah dari sononya, wanita itu pencemburu. Perkara sepele pun
bisa jadi besar hanya gara-gara cemburu. Karena itu sang suami harus
jeli memperhatikan karakter pasangannya, jangan sampai salah langkah
dalam meluruskannya. Payahnya, sang istri biasanya suka larut dalam
perasaan cemburu sehingga cenderung mendramatisir persoalan.
Karena
itu tak perlu kaget dengan cemburu karena istri-istri Nabi shallallahu
‘alahi wassalam juga cemburu. Banyak sekali hadits-hadits yang
menjelaskan masalah ini diantaranya adalah hadits shahih riwayat muslim
dan lainnya.
Bahwa Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam pergi dari sisinya, akupun cemburu terhadapnya.
Kemudian beliau datang dan melihat yang aku lakukan itu. Beliau berkata,
“Ada apa gerangan dengan dirimu wahai ‘Aisyah, apakah engkau cemburu?”
Mengapa saya tidak cemburu terhadap orang seperti engkau, jawab
‘Aisyah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Apakah setanmu
sedang datang kepadamu”
Atau perkataan ‘Aisyah dalam
hadits lain, “Pada suatu malam saya kehilangan Rasulullah. Saya
menyangka beliau pergi menemui istrinya yang lain. Akupun
menyelidikinya ternyata beliau sedang ruku’ dan sujud sambil berdoa,
Subhanaka wabihamdika lailahailla anta, Maha suci Engkau dan
MahaTerpuji Emgkau, tiada Tuhan yang berhak disembah dengan benar
selain Engkau”
Maka aku berkata, “Demi Allah, engkau
berada dalam satu keadaan (ibadah) sementara aku berada dalam keadaan
yang lain pula (cemburu).
Jadi memang cemburu itu seninya
rumah tangga hanya bagaimana mengelolah cemburu menjadi gairah cinta
membara dalam bingkai sakinah mawaddah wa rahmah bukan sebaliknya,
menjadi bulan-bulanan pertentangan dan percekcokan. Banyak sekali hanya
karena perkara sepele rumah tangga jadi berantakan apalagi memang ada
tanda-tanda pasangan main mata. Celakanya lagi, pasangan kita ternyata
memeliki pemahaman agamanya minim, shalatnya belang-belang, pergaulannya
pun bebas. Maka wajar saja kalau pasangan kita tidak percaya.
Apalagi
terkadang suami tidak terlalu terbuka, mendadak menjadi orang tertutup
seperti ada yang disembunyikan. Memang berpura-pura terhadap seorang
istri termasuk sikap yang bijak. Kadang kala seorang suami
menyembunyikan sesuatu yang apabila diungkapkan terus terang kepada
istrinya, suasana akan bertambah kacau. Hal ini pun harus dimaklumi
karena wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana
diriwayatkan oleh al- Bukhari dan muslim,
“Berbuat baiklah
kepada kaum wanita. Sebab mereka diciptakan dari tulang rusuk yang
bengkok. Yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah bagian
atasnya. Jika engkau berusaha meluruskannya maka engkau akan
mematahkannya, jika engkau biarkan maka ia akan tetap bengkok. Maka dari
itu berbuat baiklah kepada kaum wanita.”
Bahkan seorang
suami boleh berbohong kepada isterinya dalam rangka menyenangkan
perasaan istrinya dan memperdalam rasa kasih sayang antara keduanya.
Dalam sebuah hadits riwayat al- Bukhari dan Muslimserta Abu Dawud
XIII/263, an-Nasa’I dan Ahmad VI/404, “Aku tidak menganggap sebuah
dusta; seorang yang mendamaikan antara manusia, ia mengatakan sesuatu
yang tujuannya tidak lain adalah memperbaiki hubungan manusia. Begitu
pula seorang yang mengatakan sesuatu dalam peperangan. Dan juga seorang
suami yang mengatakan sesuatu untuk istrinya serta seorang istri yang
mengatakan sesuatu untuk suaminya”
Imam Nawawi
mengomentari hadits diatas dalam Syarah Muslim mengatakan, ‘Adapun
masalah berbohongnya suami kepada isterinya dan berbohongnya istri
kepada suaminya maksudnya adalah dalam kaitannya mengungkapkan rasa
cinta, janji-janji yang tidak mengikat dan sejenisnya. Adapun bohong
yang berbau tipu muslihat untuk menghalangi hak salah satu dari
keduanya atau dalam rangka merampas yang buka haknya, maka hal itu
haram hukumnya menurut kesepakatan kaum muslimin’
Pesona Lain
Bagi
seorang suami atau istri ketika melihat ada pesona lain berupa
laki-laki yang lebih mempesona atau wanita yang cantik sebagai orang
beriman diperintahkan untuk menundukkan pandangan. Jika pandangan
tertuju pada seorang wanita hendaklah ia cepat-cepat memalingkan
pandangannya. Jika tergoda lantaran pandangannya itu hendaklah ia
mendatangi istrinya hingga gejolak syahwatnya dapat diredam.
Dari
Jabir bin Abdillah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam
pernah melihat seorang wanita yang membuat beliau terpesona. Beliaupun
segera mendatangi Zainab (salah seorang istri beliau) yang saat itu
tengah menyamak kulit binatang lalu Rasulullah menunaikan hajat
biologis, selanjutnya beliau bersabda:
“Sesungguhnya kaum
wanita itu datang dalam bentuk setan dan pergi juga dalam bentuk setan
(maksudnya datang dan pergi dengan membawa godaan setan). Maka bila
salah seorang dari kamu melihat seorang wanita yang membuatnya
terpesona hendaklah ia menemui istrinya, sebab yang ada pada istrinya
persis seperti yang ada pada wanita yang membuatnya terpesona tadi.”
(HR. Muslim VI/129-130, Abu Dawud II/426, at Tirmidzi IV/322 ia berkata
hasan shahih gharib)
Ketika Pulang
Saat
seorang suami kembali dari safar (perjalanan) hendaklah terlebih dahulu
ia menuju masjid untuk mengerjakan shalat dua rakaat. Yang demikian itu
merupakan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam sebagaimana
diceritakan oleh Ka’ab bin Malik dalam sebuah hadits yang panjang, yaitu
ketika ia tidak turut dalam perang tabuk.
Atau ketika
seorang suami pulang kerja sebaiknya ia member kabar terlebih dahulu,
misalnya melalui pesan singkat (SMS) dengan member estimasi jam
kedatangannya agar istri dapat bersiap-siap menyambutnya agar istri
dapat bersiap-siap menyambutnya. Seorang istripun tentu saja akan
berupaya menarik perhatian suaminya dengan bersolek dan berhias. Hal
ini dapat meredam rasa cemburu dan membangkitkan gelora cinta diantara
keduanya.
Seorang wanita berkata kepada Rasulullah, ‘Wahai
Rasulullah, apabila seorang wanita tidak berhias untuk suaminya maka
ia akan menyebalkan suaminya’ (HR. an-Nasa’I VIII/159, Ahmad II/440,
Hadits ini hasan dengan berbagi penguat). Kata shalafat ‘indahu dalam
hadits ini bermakna menyebalkan dan menjadikan suami tidak senang
melihatnya.
Memang lumrah saja punya rasa cemburu terhadap
pasangan, justru yang patut dicurigai adalah ketika rasa cemburu itu
hilang dari salahsatu pasangan. Makna cemburu itu kata Abu Ishaq
al-Huwaini al-Atsari dalam al-Insyirah fi Adabin Nikah bukanlah
berburuk sangka kepada suami atau istri, hingga meragukan kejujurannya
serta terus mencari-cari kesalahannya. Hal seperti ini justru dilarang.
“Diantaranya
rasa cemburu itu ada yang dibenci oleh Allah, yaitu cemburu seorang
suami terhadap istrinya tanpa ada sebab-sebab yang mencurigakan” (HR.
Abu Dawud 2695, an-Nasa’I V/78-79 dan yang lainnya. Hadits ini hasan)
Cemburu
memang menambah kasih sayang dalam mengayun biduk rumah tangga agar
cinta terasa lebih syahdu, dan terasa hampa tanpa rasa cemburu.
Wallahua’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar