15 Langkah Efektif Untuk Menghafal Qur’an
(silahkan
buka situs2 islam bermanfaat: www.eramuslim.com , www.kajian.net ,
www.alsofwah.or.id , www.muslim.or.id , www.almanhaj.or.id ,
www.muslimah.or.id , www.google.com , www.google.co.id , www.yahoo.com
Sesuatu
yang paling berhak dihafal adalah Al Qur’an, karena Al Qur’an adalah
Firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum,
dan bacaan yang paling sering dulang-ulang oleh manusia. Oleh
Karenanya, seorang penuntut ilmu hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an
sebagai prioritas utamanya. Berkata Imam Nawawi : “ Hal Pertama ( yang
harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al
Quran, karena dia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf
tidak akan mengajarkan hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah
hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali
menyibukan diri dengan hadits dan fikih atau materi lainnya, karena akan
menyebabkan hilangnya sebagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran.
“()( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet.
Pertama, Juz : I, hal : 66Di bawah ini beberapa langkah efektif untuk
menghafal Al Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah
sebagai berikut :
Langkah Pertama : Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al Qur’am hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja.
Dengan niat ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda
dari rasa malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas,
biasanya akan terus dan tidak berhenti. Berbeda kalau niatnya hanya
untuk mengejar materi ujian atau hanya ingin ikut perlombaan, atau
karena yang lain.
Langkah Kedua : Hendaknya setelah itu,
ia melakukan Sholat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di
dalam menghafal Al Qur’an. Waktu sholat hajat ini tidak
ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal
ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :كان رسول الله
صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى“ Bahwasanya Rosulullah saw jika
ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan sholat. “()
Adapun
riwayat yang menyebutkan doa tertentu dalam sholat hajat adalah riwayat
lemah, bahkan riwayat yang mungkar dan tidak bisa dijadikan sandaran.
()
Begitu juga hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra yang
menjelaskan bahwa Rosulullah saw mengajarkan Ali bin Abu Thalib sholat
khusus untuk meghafal Al Qur’an yang terdiri dari empat rekaat , rekaat
pertama membaca Al Fatihah dan surat Yasin, rekaat kedua membaca surat
Al Fatihah dan Ad Dukhan, rekaat ketiga membaca surat Al Fatihah dan
Sajdah, dan rekaat keempat membaca surat Al Fatihah dan Al Mulk, itu
adalah hadist maudhu’ dan tidak boleh diamalkan. Sebagian ulama lain
mengatakan bahwa hadist tersebut adalah hadits dhoif . ()Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al Qur’an. ()Do’a
ini memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi seorang muslim bisa
berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda
bisa berdo’a seperti ini :اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تلاوته
أناء الليل وأطراف النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين .“ Ya
Allah berikanlah kepada saya taufik untuk bisa menghafal Al Qur’an, dan
berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai
dengan ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.Langkah Keempat : Menentukan salah satu metode untuk menghafal Al Qur’an.
Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al
Qur’an, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan
dirinya. Akan tetapi di sini hanya akan disebutkan dua metode yang
sering dipakai oleh sebagian kalangan, dan terbukti sangat efektif :
Metode
Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ).
Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima
kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah
hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan
cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali
telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya.
Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita
lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga,
kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal
halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita
hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi
empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi
lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin
menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman
sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu
kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin
menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat
halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk
halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima
kali, dan begitu seterusnya.Perlu diperhatikan juga, setiap kita
menghafal satu halaman sebaiknya ditambah satu ayat di halaman
berikutnya, agar kita bisa menyambungkan hafalan antara satu halaman
dengan halaman berikutnya.Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu
membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga atau lima kali secara benar,
setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita
pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begiu seterusnya
sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya kita
harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah
satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah
diterangkan pada metode pertama . ()
Untuk memudahkan
hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an menjadi tujuh hizb ( bagian )
:Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’Surat Al Maidah sampai Surat At
TaubahSurat Yunus sampai Surat An NahlSurat Al Isra’ sampai Al
FurqanSurat As Syuara’ sampai Surat YasinSurat As Shoffat sampai Surat
Al HujuratSurat Qaf sampai Surat An NasBoleh juga dimulai dari bagian
terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat An Nas, kemudian masuk pada
bagian ke-enam dan seterusnya.Langkah Kelima : Memperbaiki
Bacaan.Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al
Qur’an agar sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi
beberapa hal, diantaranya :a/ Memperbaiki Makhroj Huruf. Seperti huruf (
dzal) jangan dibaca ( zal ), atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ )
sebagaimana contoh di bawah ini :ثم —— > سم / الذين —- > الزينb/
Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di
bawah ini :1/ وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمات ( البقرة :
124 ) —- > )إبراهيمُ ﴾2/ وَكُنْت ُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ
فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ (
المائدة : 116 )وَكُنْت ُ < ——— > كُنْتَ3/ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى
الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا يَهِدِّي إِلَّا أَنْ
يُهْدَى ( ونس : 35 ) —- > أم من لا يَهْدِي4/ رَبَّنَا أَرِنَا
الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ( فصلت :29 ) —– >
الَّذِين5/ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ
فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴾ الحشر: 17) —– > خالدِين فيهاLangkah
Keenam : Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada,
kita setorkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika
bacaan kita salah. Kadang, ketika menghafal sendiri sering
terjadi kesalahan dalam bacaan kita, karena kita tidak pernah
menyetorkan hafalan kita kepada orang lain, sehingga kesalahan itu terus
terbawa dalam hafalan kita, dan kita menghafalnya dengan bacaan
tersebut bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui bahwa itu salah, sampai
orang lain yang mendengarkannya akhirnya memberitahukan kesalahan
tersebut.Langkah Ketujuh : Faktor lain agar bacaan kita baik dan
tidak salah, adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al
Qur’an murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalu
bisa, tidak hanya sekedar mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain,
akan tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Untuk diketahui,
akhir-akhir ini – alhamdulillah – banyak telivisi-telelivisi parabola
yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al Qur’an murattal dari
seorang syekh yang mapan, diantaranya adalah acara di televisi Iqra’ .
Tiap pekan terdapat siaran langsung pelajaran Al Qur’an yang dipandu
oleh Syekh Aiman Ruysdi seorang qari’ yang mapan dan masyhur, kitapun
bisa menyetor bacaan kita kepada syekh ini lewat telpun. Rekaman dari
acara tersebut disiarkan ulang setiap pagi. Selain itu, terdapat juga di
channel ” Al Majd “, dan channel- channel televisi lainnya. Acara-acara
tersebut banyak membantu kita di dalam memperbaiki bacaan Al Qur’an.Langkah
Kedelapan : Untuk menguatkan hafalan, hendaknya kita mengulangi halaman
yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa
hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam tempo
yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut.
Diriwayatkan
bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang hafalannya sangat
terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika, ia menghafal
sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai tujuh puluh
kali. Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Karena seringnya dia
mengulang-ulang hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya,
kemudian nenek tersebut memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya :
Wahai anak, apa sih yang sedang engkau kerjakan ? “ Saya sedang
menghafal sebuah buku “ , jawabnya. Berkata nenek tersebut : “ Nggak
usah seperti itu, saya saja sudah hafal buku tersebut hanya dengan
mendengar hafalanmu.” . “ Kalau begitu, saya ingin mendengar hafalanmu “
kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai mengeluarkan hafalannya.
Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi Hatim datang
kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut
menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata
nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan
sebaliknya Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun hafalannya yang lupa. ()
Cerita ini menunjukkan bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting.
Barangkali kalau sekedar menghafal banyak orang yang bisa melakukannya
dengan cepat, sebagaimana nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar
seseorang bisa menghafal Al Qur’an dalam hitungan minggu atau hitungan
bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit, akan tetapi yang sulit adalah
menjaga hafalan dan mengulanginya secara kontinu.Langkah
Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan
seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan
hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan membacanya dengan
mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam
buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada
beberapa teman dari Marokko yang menceritakan bahwa cara menghafal Al
Qur’an yang diterapkan di sebagian daerah di Marokko adalah dengan
menuliskan hafalannya di atas papan kecil yang dipegang oleh
masing-masing murid, setelah mereka bisa menghafalnya di luar kepala,
baru tulisan tersebut dicuci dengan air.Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.Menghafal
Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al Qur’an
adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan
benar. Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan
mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.Langkah
Kesebelas : Menggunakan satu jenis mushaf Al Qur’an dan jangan
sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya. () Karena
mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat.Jika kita
melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan
hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang penyair
dalam tulisannya :العين تحفظ قبل الأذن ما تبصر فاختر لنفسك مصحف عمرك
الباقي .“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- ,
maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “()
Yang
dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan mushaf. Di sana ada
beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah
atau terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri
dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan
ayat baru. Mushaf Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai
oleh para pengahafal Al Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah
Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang
merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini
paling baik untuk dipakai menghafal Al Qur’an.
Disana ada model
lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh sebagain orang Mesir,
ada jugamushaf yang dipakai oleh sebagain orang Pakistan dan India,
bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren
tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.Langkah Keduabelas : Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada pribadi masing-masing. Akan
tetapi dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra,
disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :إن الدين يسر ، ولن يشاد
الدين أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا و أبشروا ، واستعينوا بالغدوة والروحة
وشئ من الدلجة“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang
mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya
amalkan agama ini dengan benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira,
serta gunakan waktu pagi, siang dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ (
HR Bukhari )
Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi ,siang dan
malam, artinya kita bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk
menghafal Al Qur’an. Sebagai contoh : di pagi hari, sehabis sholat subuh
sampai terbitnya matahari, bisa kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an
atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu siang siang, habis sholat
dluhur, waktu sore habis sholat Ashar, waktu malam habis sholat Isya’
atau ketika melakukan sholat tahajud dan seterusnya.Langkah
Ketigabelas : Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan
pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan sholat
–sholat sunnah, baik di masjid maupun di rumah. Hal ini dikarenakan
waktu sholat, seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan
konsentrasi inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda
ketika di luar sholat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam
satu posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya menengok kanan
atau kiri, atau kepalanya akan menengok ketika ada sesuatu yang menarik,
atau bahkan kawannya akan menghampirinya dan mengajaknya ngobrol .
Berbeda kalau seseorang sedang sholat, kawannya yang punya kepentingan
kepadanya-pun terpaksa harus menunggu selesainya sholat dan tidak berani
mendekatinya, dan begitu seterusnya.Langkah Keempatbelas : Salah satu faktor yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ) .
Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa (
mutasyabih ), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya.
Ayat yang ada di juz lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat
yang mestinya ada di surat Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat
Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh
ayat-ayat serupa ( mutasyabihah ) yang seseorang sering melakukan
kesalahan ketika menghafalnya :
- ﴿ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ
اللَّهِ ﴾ البقرة 173 < ———— > ﴿ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ
بِهِ ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل 115- ( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ
كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير
الحق ) البقرة : 61( إن الذين يكفرون بآيات اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ
النَّبِيِّين بغير حق ) آل عمران : 21( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا
يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأنبياء بغير حق ) آل عمرن :
112
Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih
lengkap bisa dirujuk buku – buku berikut :Duurat At Tanzil wa Ghurrat
At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz ,
karya Al Khatib Al Kafi.
Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya :
Mahmud bin Hamzah Al Kirmany.Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al
Munady‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al QalamuniLangkah
Kelimabelas : Setelah hafal Al Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu
saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al Qur’an di salah
satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang
lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu
pekerjaan, dia tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya
kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di
pesantren akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama
dan sibuk dengan urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan
hafalannya lagi. Fenomena seperti sangat banyak terjadi dan hal
itu sangat disayangkan sekali. Boleh jadi, ia mendapatkan ijazah
sebagai seorang yang bergelar ” hafidh ” atau ” hafidhah “, akan tetapi
jika ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka jawabannya adalah nihil.
Yang
paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang
bisa menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi
yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar
tetap terus ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang
yang benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya
saja. Karena, untuk menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang
kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap
hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga
hafalan Al Qur’an, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya.
Diantara cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah sebagai berikut :Mengulangi
hafalan menurut waktu sholat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak
pernah meninggalkan sholat lima waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan
untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap
sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum
sholat umpamanya :i sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah.
Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke
masjid sebelum adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih
panjang. Kemudian setelah sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da
sholat atau dzikir pagi pada sholat shubuh dan setelah dzkir sore
setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya
sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat seperempat juz
juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya sebanyak dua
juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa
menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya
sama sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap hari pada
sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa
menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an
pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang
menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali.
Ada
sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika
ia mengerjakan sholat tahajud. Biasanya dia menghabiskan sholat
tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu
berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya
lancar, biasanya ia bisa menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah
jam. Berarti, selama dua jam dia bisa menyelesaikan dua sampai tiga juz
dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.
Ada
juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam
halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut berkumpul
setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib menyetor hafalannya
kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu
menghatamkan Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya bisa
terlaksana jika masig-masing dari peserta mengulangi hafalannya
sendiri-sendiri dahulu.
( ) Hadist riwayat Abu Daud ( no :
1319 ), dishohihkan oleh Syekh Al Bani dalam Shohih Sunan Abu Daud ,
juz I, hal. 361( ) Untuk mengetahui secara lebih lengkap tentang derajat
hadits tersebut bisa dirujuk : Abu Umar Abdullah bin Muhammad Al
Hamadi, Al Asinatu Al Musyri’atu fi At Tahdhir min As Solawat Al
Mubtadi’ah, ( Kairo, Maktabah At Tabi’in, 2002 ) Cet Pertama, hal. 97
-120( ) Ibid, hal.21-39( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham
Li Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet.
Ke-Tiga, Hal. 13( ) Ali bin Umar Badhdah, Kaifa Tahfadu Al Qur’an, hal.
6( ) Ibid. hal 12( ) Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al
Qur’an, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama, hal.16( ) Abu
Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Op. Cit, Hal. 15
Ditulis Oleh DR. Ahmad Zain An-Najah, M.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar