Pages - Menu

Pages

Kamis, 05 April 2012

==> http://www.facebook.com/notes/maiya-azyzaa/novel-bidadari-bidadari-surga-bagian-2/247325182016598

BIDADARI-BIDADARI SURGA By Tere Liye
BAGIAN 2
BULAN YANG TERBELAH

"HADIRIN yang kami hormati, tiba saatnya kita mengundang ke atas
panggung, seseorang yang sudah kita tunggu-tunggu sejak tadi. Seseorang yang
seolah-olah akan – maaf – membuat lima profesor sebelumnya terasa
membosankan dan membuat mengantuk"
Tertawa. Ruangan besar itu buncah oleh tawa.
".... Banyak sekali catatan hebat yang dimilikinya, tapi anehnya, meski
banyak, sekarang kita sama sekali tak perlu menyebut satupun. Ah, bukan
karena akan merepotkan membaca daftar super-panjang itu, tapi buat apa lagi,
semua sudah hafal, bukan? Jadi buat siapapun di ruangan besar ini, siapapun di
antara lima ratus peserta Simposium Fisika Intemasional ini yang tidak
mengenal sosoknya. Yang, oh, betapa malangnya peserta itu—" Tertawa lagi.
"Buat peserta malang itu, saya akan memperkenalkan pembicara utama
simposium kita hanya dengan memperlihatkan cover sebuah majalah: Science!"
Dengan sedikit dramatis, moderator simposium fisika itu sengaja mengangkat
tinggi-tinggi majatah yang dimaksud.
"Inilah jurnal ilmu-pengetahuan terkemuka di dunia. Yang memiliki
reputasi paling hebat di antara sejenisnya. Lihatlah edisi bulan ini, edisi terbaru!
Terpaksa menurunkan laporan tidak lazim, utuh sebanyak 49 halaman, hmm,
itu bisa dibilang hampir seperempat tebal majalah ini.... Kenapa saya sebut
tidak lazim? Karena laporan ini sungguh tak biasa bagi banyak ahli fisika yang
kebanyakan sekuler. Apalagi untuk konsumsi publik di negara-negara Barat
sana. Judul penelitiannya adalah: 'Pembuktian Tak Terbantahkan Bulan Yang
Pernah Terbelah'.
Kepala-kepala menyeruak. Berebut ingin melihat lebih jelas.
"Penelitian yang amat mengesankan, mengingat hari ini, ketika
kehidupan sudah begitu tidak-pedulinya dengan fakta-fakta dalam agama,
pembicara utama kita siang ini justru datang dengan sepuluh bukti bahwa bulan
memang pernah terbelah 1.400 tahun silam dalam hasil penelitian mutakhirnya.
Bukan main. Lengkap tak terbantahkan, sebagai salah satu mukjijat Nabi
penutup jaman. Benar-benar terbelah dua seperti kalian sedang membelah
semangka, bukan penampakan sihir, apalagi ilusi mata seperti yang dituduhkan
dan dipahami banyak orang sejak dulu. Lantas setelah dibelah, dua potongan
bulan tersebut disatukan kembali, seperti bulan yang biasa kita lihat sekarang.
Itu benar-benar pernah terjadi!" Moderator itu berhenti sejenak. Membiarkan
ruangan besar dipenuhi sensasi yang diinginkannya. Terpesona. Ingin tahu.
Rasa kagum Sejenis itulah.
"Well, meski kalau dipikir-pikir sebenarnya pembuktian hebat atas bulan
yang pernah terbelah itu tidak terlalu mengejutkan kita, bukan? Hanya soal
waktu dia akan membuktikannya. Mengingat profesor muda kita adalah orang
pertama di negeri ini yang berkali-kali menulis di jurnal paling prestisius dunia
itu. Mendapat pengakuan dari berbagai institusi penelitian dunia, dan selalu
konsisten berusaha membuktikan berbagai transkripsi dan sejarah religius dari
sisi ilmiahnya...."
Muka-muka yang memadati ruang konvensi besar itu terlihat semakin
bercahaya oleh antusiasme. Seperti anak kecil yang dijanjikan mainan baru.
Atau seperti anak kecil yang melihat penuh rasa ingin tahu toples penuh gula-
gula. Menunggu tak sabaran moderator yang terus ngoceh tentang fakta yang
sebenamya mereka sudah tahu semua. Termasuk jurnal itu. Tadi pagi dibagikan
gratis ke seluruh peserta.
".... Namanya terdaftar dalam 100 peneliti fisika paling berbakat di dunia.
Dan tidak berlebihan jika mantan koleganya di Princenton University berandai-
andai dia akan menjadi salah-satu kandidat kuat penerima nobel fisika beberapa
tahun ke depan. Jadi buat peserta yang tidak sempat mengenalnya secara
langsung, hari ini setelah enam bulan berusaha menculiknya dari jadwal
laboratorium yang tidak masuk-akal, dari berbagai penelitian yang serius,
sistematis dan kaku... hari ini dengan bangga kami hadirkan sosok yang
sebaliknya memiliki wajah dan kepribadian santun menyenangkan ini...." Gadis
moderator itu tersenyum lebar, terlihat amat senang membuat seluruh peserta
simposium menunggu tak sabaran kalimat-kalimat perkenalannya.
Menikmati posisinya sebagai 'penguasa' jadwal acara.
"Ah-ya, soal wajah dan kepribadian yang santun menyenangkan? Kalian
tahu, yang menarik ternyata bukan hanya wajah profesor ini yang terlihat
santun menyenangkan. Well, di tengah kesibukannya sebagai peneliti, pakar,
dan apalah namanya yang serba serius dan menuntut banyak waktu itu, profesor
muda kita tetap hidup dengan segala romantisme bersama keluarga kecilnya.
Lihatlah, hari ini dia datang dengan istrinya yang terlihat cantik, selamat siang
Nyonya!"
Muka-muka tertoleh. Penuh rasa ingin tahu. Mereka belum pernah
melihat istri sang Profesor, meski dengan begitu banyak publisitas selama ini.
Tersenyum. Wanita cantik berkerudung yang duduk di sebelah sang Profesor,
baris kedua dari depan itu ikut balas tersenyum, layar LCD raksasa di depan
plenary hall menayangkan paras cantiknya.Mengangguk anggun. Sedikit bersemu merah.
"Ada yang berminat mendengar kisah indah pertemuan mereka?"
Moderator menyeringai lebar.
Hampir seluruh peserta simposium meski tertarik, menggdeng. Mereka
jauh-jauh datang dari berbagai universitas ternama ke ruangan besar itu jelas-
jelas ingin mendengarkan paparan mutakhir temuan fisika, bukan celoteh
moderator.
"Baiklah karena kalian memaksa, maka dengan senang hati saya akan
menceritakan bagian tersebut..."
Wajah-wajah terlipat. Gumam keberatan.
"Keluarga yang hebat meski tidak menyukai publisitas...."
"Masa kecil yang penuh perjuangan... kalian tahu, Profesor kita sudah
membuat kincir air setinggi lima meter saat ia masih kanak-kanak...."
".... Perkenalan di kontes fisika, terpesona oleh kecantikan remaja...
Profesor kita mengejar hingga ke Bandara, haha...."
Lima menit berlalu, peserta simposium mulai jengkel
".... Perkebunan strawberry yang indah...."
".... Masa kecil yang begitu mengesankan...."
Satu-dua peserta sengaja mulai berdehem (lebih keras).
".... Baik, baik." Akhirnya gadis di podium menyadari ruangan mulai
gerah, tersenyum lebar tidak-sensitif, "Karena saya pikir kalian sedikit mulai
tak-sabaran mendengar perkenalan yang sebenarnya amat penting dari saya,
baiklah, hadirin, berikan sambutan yang paling meriah, inilah salah-satu
profesor fisika termuda, ternama, yang pernah ada di negeri ini, profesor
kebanggaan kita, Profesor Da-li-mun-te!"
Tepuk-tangan bak dikomando menggema bagai dengung lebah.
Pemuda berumur 37 tahun itu tersenyum lebar.
Melepas genggaman mesra, berbisik lembut ke istrinya. Berdiri. Lantas
melangkah sigap menuju podium. Dengan langkah panjang-panjang.
Rambutnya tersisir rapi mengkilat. Matanya tajam memandang, Rahangnya
kokoh. Eskpresi wajahnya meski santun menyenangkan seperti yang dibilang
moderator cerewet itu, sebenamya terlihat keras mengiris, sisa gurat masa kecil
yang tidak selalu beruntung.
Hari ini Profesor Dalimunte mengenakan kemeja krem. Rapi seperti
biasa. Meski 'gelang karet' gaya anak muda di tangan kanan membuatnya
terlihat lebih kasual, untuk tidak bilang sebenarnya sedikit tidak matching
dengan busana rapinya. Gelang itu macam gelang karet yang bertulisan
'solidarity forever', 'united for all', 'long live friendship', yang sedang trend di
anak muda.
Itu gelang pemberian Intan, putri sulungnya yang berumur sembilan
tahun. Bertuliskan, 'Safe The Planet!' Minggu-minggu ini, Intan menjadi ketua
panitia 'Earth Day' di sekolah. Memaksa siapa saja mengenakan gelang itu. Satu
gelang bernilai sumbangan 5.000 perak. Nanti uangnya buatbeli tong sampah
yang bakal dikirim ke daerah-daerah korban bencana alam. Makanya Intan
sibuk benar berpromosi. Termasuk ke Eyang Lainuri (malah seminggu lalu
mengirimkan selusin gelang ke perkebunan strawberry buat tukang-tukang
kebun); buat apa coba di pedalaman indah nan sederhana itu penduduknya
pakai gelang? Ah, Intan memang keras kepala soal proyek "Safe The Planet" -
nya, lihatlah satu gelang juga terpasang rapi di leher hamster belang miliknya,
meski yang bayar lima ribu perak, ya Ummi.
Profesor Dalimunte memperbaiki speaker di atas podium. Pelan
mengetuk-ngetuknya. Berdehem. Tepukan mereda. Peserta konvensi perlahan
duduk kembali. Menatap antusias ke depan.
"Baik, pertama-tama, terima-kasih atas perkenalan yang hebat, panjang,
dan superlengkapnya. Meski saya pikir kau agak berlebihan dengan
menceritakan bagian romantisme pertemuan itu, Anne!" Dalimunte
menganggukan kepala kepada moderator, tersenyum, "Tapi terima kasih atas
sentuhan keluarganya: profesor muda kita tetap hidup dengan segala
romantisme bersama keluarga kecilnya.... Anne, setidaknya dengan kalimat
terakhir itu, kau membuatku terlihat sedikit lebih manusiawi. Bukan seperti
daftar penelitian yang kulakukan sepanjang tahun: sistematis, serius, dan kaku.
Ya, profesor fisika juga manusia biasa, bukan—"
Tertawa. Ruangan besar itu ramai oleh tawa.
"Hadirin, sebelumnya maafkan saya untuk dua hal...." Profesor Dalimunte
mengusap wajahnya yang sedikit berkeringat, "Pertama karena saya hanya
punya waktu lima belas menit untuk memenuhi segala keingintahuan kalian.
Saya harap itu cukup setelah hampir enam bulan kalian menunggu kesempatan
ini. Kalian tahu, ada banyak pekerjaan di laboratorium, belum lagi dengan
segala tenggat waktunya. Di samping itu, kalian tahu persis, saya tidak terlalu
menikmati dikelilingi puluhan wartawan dengan kameranya. Semua popularitas
ini.... Jadi ijinkanlah saya untuk memulai langsung topik kita hari ini—"
Wajah-wajah terlihat semakin antusias. Tangan-tangan wibuk
menggenggam pulpen bersiap mencatat. Takut benar ada fakta terucap yang terselip di ingatan dan lalai di catat takut benar terlihat sebagai orang paling
bodoh dalam ruangan simposium fisika internasional tersebut. Ini lima belas
menit yang penting.
".... Seperti yang telah kalian baca di jurnal tersebut bulan dibelah dua
sudah menjadi fakta religius ratusan tahun silam. Salah-satu mukjizat Nabi
penutup jaman. Ada banyak perdebatan, ada banyak penelitian yang justru
mencoba membuktikan kalau itu semua keliru. Ternyata tidak. Keajaiban itu
memang pernah terjadi! — Bagaimana mungkin ada satu potongan translasi
religius yang keliru? Kitab suci keliru? Hadist yang salah? Sungguh lelucon
yang tidak lucu. Itu tidak mungkin terjadi!" Profesor Dalimunte dengan muka
serius menunjuk slide gambar bulan terbelah dua di layar LCD raksasa depan
ruangan.
"Tapi seperti yang saya bilang tadi, untuk kedua kalinya maafkan saya,
karena hari ini saya memutuskan untuk tidak membicarakan penelitian yang
sudah dimuat dengan baik oleh jurnal populer yang selama ini sekuler dan
diskriminatif, 'Science'. Kalian bisa membaca sendiri seluruh buktinya di
majalah tersebut, dan jika masih ada pertanyaan, kolega dan staf saya di
laboratorium dengan senang hati membalas e-mail pertanyaan, pesan, ajakan
diskusi, atau apapun dari kalian....
“Hari ini sesuai kesepakatan dengan panitia simposium lima menit setiba
saya di sini, saya akan menyajikan pembuktian fakta religius penting lainnya.
Bukan tentang bulan, tapi isu yang lebih besar. Lebih mendesak untuk
disampaikan. Perubahan topik ini sebenarnya kabar baik bagi kalian, karena
kalian akan menjadi orang pertama yang mendengarkan progress penelitian
terbaru kami: Badai Ekktromagnetik Antar Galaksi menjelang hari kiamat...."
Slide bergerak cepat. Sekarang memunculkan sebuah translasi kitab suci.
Wajah-wajah dalam ruang besar nampaknya tidak terlalu keberatan dengan
perubahan topik yang mendadak tersebut. Buru-buru mencoret judul catatan di
atas kertas.
Profesor Dalimunte tersenyum lebar menatap sekitar dengan rileks. Lima
ratus undangan. Lima ratus ahli fisika dari berbagai penjuru dunia. Meski tidak
terlalu menyukai publisitas, dia amat terlatih untuk urusan mengendalikan
massa seperti ini. Dulu dia belajar dari guru terbaiknya.

BERSAMBUNG..,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar