SAYYIDUL ISTIGHFAR (87 foto)
Bismillahirrahmaanirrahiim
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan dzikir dari do’a berikut ini sebagai sayyidul istighfar atau penghulunya segala istighfar.
Kenapakah demikian?
Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Sayyidul istighfar adalah engkau mengucapkan:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ، وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّمَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أِنْتَ.
Allohumma anta robbii laa ilaha illa anta kholaqtanii, wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, a’udzubika min syarrimaa shona’tu, abuu ulaka bini’matika ‘alayya wa abuu ulaka bidza(n)bii faghfirlii fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta.
“Yaa Allah...(1) Engkaulah Rabb-ku...Tidak ada satupun tuhan yang berhak diibadahi melainkan Engkau...(2) Engkaulah yang telah menciptakanku... (3) Dan aku adalah hamba-Mu...(4) Dan aku di atas perjanjian-Mu dan janji-Mu semampuku... (5) Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku lakukan... (6) Aku mengakui ni’mat-Mu kepadaku... (7) Dan mengakui dosaku (kepada-Mu)... (8) Maka ampunkanlah aku... (9) Karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau.”
Maka barang siapa yang mengucapkannya di waktu pagi dan meyakininya, lalu dia mati pada harinya itu sebelum petang, maka dia termasuk penghuni Surga. Dan barang siapa yang mengucapkannya di waktu petang dengan meyakininya, lalu dia mati pada harinya itu sebelum pagi, maka dia termasuk penghuni Surga.”
Hadits Shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6306 dan 6323), at-Tirmidzi (no. 3393), an-Nasa’i (no. 5522) dan lain-lain.
Dalam mensyarah hadits ini al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalaniy rahimahullah dalam Syarah Shahih al-Bukhari berkata: “Berkata ath-Thiibiy: ‘Ketika do’a ini mencakup semua makna taubat, maka dipinjamlah (dipakailah) untuknya nama sayyid...’”
Sayyidul istighfar telah mencakup semua makna taubat hamba kepada Rabb-nya. Karena di dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengumpulkan keindahan makna dan kebagusan lafazh-lafazhnya yang berhak dzikir ini dinamakan dengan sayyidul istighfar:
Pertama: Ikrar hanya bagi Allah semata uluhiyyah dan ‘ubudiyyah.
Kedua: Pengakuan sesungguhnya Allah adalah Khaliq (pencipta).
Ketiga: Pengakuan akan perjanjian yang Allah telah mengikatnya.
Keempat: Pengharapan terhadap janji Allah.
Kelima: Memohon perlindungan dari kejahatan yang dilakukan hamba terhadap dirinya.
Keenam: Disandarkannya segala ni’mat kepada yang memberikannya (yaitu Allah).
Ketujuh: Disandarkannya segala dosa kepada dirinya (diri hamba).
Kedelapan: Dia (hamba) sangat mengharapkan maghfirah (ampunan).
Kesembilan: Pengakuan hamba sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampunkan dosa-dosa melainkan Dia (Allah).
***
DIANTARA KEUTAMAAN ISTIGHFAR
ــ طوبى لمن وجد في صحيفته استغفارا كثيرا .
"Berbahagialah bagi orang yang mendapati dalam catatan amalnya istighfar yang banyak" (HR. Al Baihaqi, Imam Ahmad dalm Az Zuhd)
ــ من أحب أن تسره صحيفته فليكثر فيها من الاستغفار .
"Siapa yang suka agar catatan amalnya membuat ia senang maka perbanyaklah padanya istighfar." (lihat Shahihul jami' no. hadits 5955)
ــ إن الرجل لترفع درجته في الجنة فيقول : أنى لي هذا ؟ فيقال : باستغفار ولدك لك .
"Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat derajatnya disurga, maka iapun berkata : Bagaimana ini bisa untukku? Maka dikatakan : disebabkan anakmu beristighfar (memohonkan ampun) untukmu. (HR. Ahmad, Al Baihaqi dan lainnya)
Wallaahu Ta’ala a’lam bish showab.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan dzikir dari do’a berikut ini sebagai sayyidul istighfar atau penghulunya segala istighfar.
Kenapakah demikian?
Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Sayyidul istighfar adalah engkau mengucapkan:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ، وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّمَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أِنْتَ.
Allohumma anta robbii laa ilaha illa anta kholaqtanii, wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, a’udzubika min syarrimaa shona’tu, abuu ulaka bini’matika ‘alayya wa abuu ulaka bidza(n)bii faghfirlii fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta.
“Yaa Allah...(1) Engkaulah Rabb-ku...Tidak ada satupun tuhan yang berhak diibadahi melainkan Engkau...(2) Engkaulah yang telah menciptakanku... (3) Dan aku adalah hamba-Mu...(4) Dan aku di atas perjanjian-Mu dan janji-Mu semampuku... (5) Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku lakukan... (6) Aku mengakui ni’mat-Mu kepadaku... (7) Dan mengakui dosaku (kepada-Mu)... (8) Maka ampunkanlah aku... (9) Karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau.”
Maka barang siapa yang mengucapkannya di waktu pagi dan meyakininya, lalu dia mati pada harinya itu sebelum petang, maka dia termasuk penghuni Surga. Dan barang siapa yang mengucapkannya di waktu petang dengan meyakininya, lalu dia mati pada harinya itu sebelum pagi, maka dia termasuk penghuni Surga.”
Hadits Shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6306 dan 6323), at-Tirmidzi (no. 3393), an-Nasa’i (no. 5522) dan lain-lain.
Dalam mensyarah hadits ini al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalaniy rahimahullah dalam Syarah Shahih al-Bukhari berkata: “Berkata ath-Thiibiy: ‘Ketika do’a ini mencakup semua makna taubat, maka dipinjamlah (dipakailah) untuknya nama sayyid...’”
Sayyidul istighfar telah mencakup semua makna taubat hamba kepada Rabb-nya. Karena di dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengumpulkan keindahan makna dan kebagusan lafazh-lafazhnya yang berhak dzikir ini dinamakan dengan sayyidul istighfar:
Pertama: Ikrar hanya bagi Allah semata uluhiyyah dan ‘ubudiyyah.
Kedua: Pengakuan sesungguhnya Allah adalah Khaliq (pencipta).
Ketiga: Pengakuan akan perjanjian yang Allah telah mengikatnya.
Keempat: Pengharapan terhadap janji Allah.
Kelima: Memohon perlindungan dari kejahatan yang dilakukan hamba terhadap dirinya.
Keenam: Disandarkannya segala ni’mat kepada yang memberikannya (yaitu Allah).
Ketujuh: Disandarkannya segala dosa kepada dirinya (diri hamba).
Kedelapan: Dia (hamba) sangat mengharapkan maghfirah (ampunan).
Kesembilan: Pengakuan hamba sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampunkan dosa-dosa melainkan Dia (Allah).
***
DIANTARA KEUTAMAAN ISTIGHFAR
ــ طوبى لمن وجد في صحيفته استغفارا كثيرا .
"Berbahagialah bagi orang yang mendapati dalam catatan amalnya istighfar yang banyak" (HR. Al Baihaqi, Imam Ahmad dalm Az Zuhd)
ــ من أحب أن تسره صحيفته فليكثر فيها من الاستغفار .
"Siapa yang suka agar catatan amalnya membuat ia senang maka perbanyaklah padanya istighfar." (lihat Shahihul jami' no. hadits 5955)
ــ إن الرجل لترفع درجته في الجنة فيقول : أنى لي هذا ؟ فيقال : باستغفار ولدك لك .
"Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat derajatnya disurga, maka iapun berkata : Bagaimana ini bisa untukku? Maka dikatakan : disebabkan anakmu beristighfar (memohonkan ampun) untukmu. (HR. Ahmad, Al Baihaqi dan lainnya)
Wallaahu Ta’ala a’lam bish showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar