Pages - Menu

Pages

Jumat, 13 April 2012

*********************************************************

Orang-orang bicara seakan merekalah yang memakaikan kulit di dagingku, menyusun sulbi di ragaku..,

Seonggok tubuhku bagaikan kotak kaca yang leluasa mereka pandang.., Mereka lontarkan omongan, pendapat dan petunjuk jalan dari peta pemikiran mereka, untukku.

Terdengar suara lantang kalau aku tengah kehilangan pegangan., Hidupku dalam fase rawan. Seolah-olah aku hanya sekerat tabung bambu dengan sekepal otak yang mengering di ujungnya.

Mereka berpikir lebih tahu aku dibanding diriku dan Sang empunya hidupku., Mereka mendiktekan apa yang harus aku pikirkan, aku rasakan, suara yang ku perdengarkan, arah yang harus kutentukan, dan tak ketinggalan cara aku mencintai Tuhan...

Hati-hati menjaga imanmu dari mereka yang ingin merenggutmu dari jalan kebenaran. Begitu katanya., Mereka berusaha memagariku bahkan dari diriku sendiri. Sungguh keterlaluan. Apa sedemikian nyata rapuh keyakinanku di hadapan manusia?

Sedangkan dalam dialog panjangku denganNya, aku tak pernah sekalipun tahu apa pendapat-Nya tentang diriku.., Saat terlepas mengingatNya hanya aku yang tahu makna jeda dan nglangut di relung hatiku.

Kerinduan., ketakutan, kesunyian tanpa kehampaan, kesejukan tanpa gigil kepongahan. Apa aku juga diwajibkan merangkai segala rasa ini dalam seraup padatnya kata dan mengungkapkannya pada kalian? Aku tak bisa. Hatiku telah penuh hanya itu yang kutahu...

Aku sering bertanya, jikakah segala apa yang kumunajatkan sebagai ibadah telah sampai kepada-Nya? Aku ragu.., Bisa jadi semua yang dikatakan syarat syah dan ketentuan yang berlaku untuk amalan menuju haribaan Mu jauh dari sempurna aku tunaikan.

Tapi, kenapa aku harus berburuk sangka, apalagi kepada Mu. Sedangkan Kau maha tahu gerak hatiku. Lebih indah bagiku menghidupi keyakinan dengan mengingat curahan rahmat yang tak henti dianugerahkan padaku.

Aku tak mau menghidupi keyakinan ku dengan ketakutan, yang meyakini keberadaan-Nya tak lebih sebagai Sang penghukum dan Sang kejam. Melihatnya begitu sigap menghakimi kesalahan dari pada selalu menuntun kita dengan penuh kasih sayang kembali ke jalan kebenaran yang kita tinggalkan.

Kenapa mudah sekali kadangkalan kita yang merasai kehadiranNya daripada kedalaman nurani...

Mereka tak jemu berguman di belakang telingaku., Tentang nama, darma atau entah lagi apa... Hatiku mencicit... Pikirku bersimbah peluh penuh dengan gagasan yang ingin kutumpahkan kepada mereka...

Bagiku, keimanan tak lebih dari apa yang kupahami tentang sebuah pengajaran. Sebuah pencarian yang tak kenal kata berhenti dan menyelami bahkan pada apa yang kuyakini sendiri... Apa dengan berkata begini keyakinanku diragukan? Keimananku sedang dipertanyakan? Harusnya aku tak perduli....

Ini dinamikaku...

Karena aku menyadari tak pernah berhenti tumbuh. Termasuk aku menolak untuk menerima alur batin dan pikirku sebagai sesuatu yang jumud, tidak hidup. Bagiku tak ada hal yang begitu saja. Segala hal punya makna dalam setiap gerak perputarannya.,

Bukan laku tubuh saja yang hidup dalam keseharianku, pikiranku terlebih lagi adalah api yang selalu menyala. Batinku senantiasa bergemericik mengeluarkan suara dan berdenyut penuh irama..,

Jiwaku senantiasa penuh gejolak meronta pada semua batas makna yang mengkungkung dalam julukan keharusan. Karena bagiku makna selalu akan bisa ditemukan oleh gerak kita dalam menghidupi kehidupan..,.

Bukan pada saat kita diam., Kita turut mengukir langkah, dicelup warna perjalanan, tapi kita tak boleh membiarkan kehendak yang tak bernalar mengukir kita dengan semena-mena, apalagi tanpa persetujuan nurani kita.

Terlebih jika itu menkrangkeng kemampuan kita untuk bertanya. Karenanya aku tak mau henti memasuki diriku, menari bersama ruhku, berdansa dengan rasaku dan bercengkrama dengan pikiranku. Sampai aku bisa merasai jeda dengan mendudukkan mereka semua, sesaat saja, dalam tafakur sebelum kembali bergerak.....

Aku tak kuasa melindungi imanku jika itu yang kalian minta., Sebaliknya keyakinan di dadakulah pelindung setia ku. Menjaga ku dari kejatuhan, membuat jaga kesadaranku untuk berupaya tak melanggar etika...

Inilah yang membuatku punya sudut pandang dalam menyikapi segala persoalan, sudut pandangku. Bagaimana itu memberi daya untuk turut meninggikan harkat manusiaku, membebaskan diri sendiri dan mereka yang tertindas.

Janganlah mudah digulung gundah bahwa keimanan yang bersemayam dalam hati kita mudah sirna hanya oleh onak kecil kehidupan.

Dia tumbuh bersama kita, dihidupi kusyuknya ibadah dan disyukuri sebagai nikmat terindah tak akan mudah sirna.

Biarlah keyakinan itu berdinamika dan bisa menjadi pijakan karena kita menghidupinya sebagai pilihan kesadaran bukan sekedar keharusan.

Biarlah nyalanya berpijar dalam langkah kita meniti hari. Jangan biarkan sempit pemahaman, membuat kita bersikap tertutup dan bersyakwasangka. Ujian yang membuat iman kita kuat, atau kekuatan iman yang membuat kita bisa melalui segala ujian?

Aku juga tak mampu menjadi pelindung Tuhan apalagi mendiktekan keinginanku kepada-Nya. Dirikulah yang selalu menghiba agar jangan pernah ditinggalkan meskipun sekejap.

Akulah yang memerlukan perlindungan. Dialah tempatku bersandar, penjagaku dan pembimbingku. Sebab itu aku tak akan pernah mau sembrono mengambil nama-Nya dan mengatas namakan diri-Nya untuk menyakiti siapapun, siapapun. Karena semua itu tak pernah kupelajari dari diri-Nya. Aku hanya percaya adanya aku pasti untuk sebuah tujuan...

Siapalah kita yang seakan punya kuasa lebih untuk mendiktekan kehendak kepada-Nya. Kita semua berproses, berdialog, tidak hanya dengan kehidupan tapi juga pemberi kehidupan.

Dari sanalah kita bisa menangkap kasih sayang-Nya yang tiada batas untuk kemudian menghidupkannya dalam hati kita, dalam kehidupan kita dan untuk kita bagi kepada sesama dan makluk2Nya yg lain..

Diriku, biarlah diri-Mu saja yang tahu. Ditiap ku bersimpuh biarlah kututup keluh dan pintaku dengan memohon ampunan-Mu, Yaa Allah.. janganlah aku sampai celaka karena dosa dan doaku...

Luaskanlah hatiku untuk senantiasa ridlo akan jalan ketentuan Mu karena ketidaktahuanku hanya mampu dicerahkan oleh ilmu Mu. Untuk mereka, terbitkanlah pengertian dan luaskanlah hatiku meskipun aku tetap tak akan pernah mengikuti gemerincing gelang kaki yang mereka hentakkan untuk membuatku menari....

Aamiin Yaa Rabbala'lamien...

*********************************************************
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar