Rabu, 02 Mei 2012

99 LANGKAH MENUJUN KESEMPURNAAN IMAN

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do’a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf
apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan.
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita;
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang
dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu
dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita
sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban
dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan,
godaan dan tentangan Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan
dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang.

“Sebarkanlah walau satu ayat pun” (Sabda Rasulullah SAW) “Nescaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Surah Al-Ahzab:71)

Selasa, 01 Mei 2012

Atas Nama HAM, Izinkan Aku Pamer Aurat...!
By: Yulianna PS
Penulis Cerpen “Hidayah Pelipur Cinta”
Judul artikel ini gambaran dari generasi yang sakit akibat
ulah manusia perusak moral yang melumuri zaman dengan
kenistaan.
Pada zaman dahulu, wanita Indonesia identik dengan sifat
malu. Mereka malu memakai busana minim dan malu
berinteraksi dengan kaum Adam yang bukan mahram.
Kaum hawa masa lalu bersikap sesuai etika ketimuran, yang
menjaga sikap terhadap laki-laki, bukan karena jaim alias
jaga imej, tetapi karena memang ada rasa malu menyelinap
di dalam diri mereka.
Hari ini, manusia telah mengubah zaman, di mana para
wanita dijadikan sebuah boneka. “Atas nama HAM, izinkan
saya pamer aurat,” begitulah gambaran yang tepat aspirasi
para wanita kebanyakan.
Atas nama kebebasan, wanita Indonesia tidak malu-malu
melucuti busana di tempat umum agar disebut modern
seperti wanita barat. Melalui dunia hiburan, propaganda
barat telah sukses memalingkan muslimah Indonesia
berkiblat kepada jurang kehancuran.
Barat berhasil menipu dunia, utamanya Indonesia. Di
negara barat dan kroni-kroninya, wanita yang berani –maaf–
telanjang di dunia akting merupakan kebanggaan, kategori
wanita seperti ini bagi mereka layak menerima
penghargaan bergengsi. Ironinya, Indonesia merupakan
negara yang latah mengikuti budaya mereka. Budaya yang
menjauhkan muslimah dari agamanya.
“Atas nama HAM, izinkan saya pamer aurat.” Pesan inilah
yang membuat undang-undang pornografi dan pornoaksi
mandul di negara kita. Walaupun jutaan umat mendukung,
tidak akan aspirasi ini menjadi kenyataan. Faktanya dunia
hiburan berupa media cetak dan elektronik semakin liar dan
berani mengekspos aksi rendahan wanita.
Pelecehan terhadap wanita dengan kedok seni, mendorong
wanita bangga memamerkan aurat. Aksi seronok yang
pantas dilakukan wanita tuna susila, kini telah di lakukan
oleh wanita penjaja akting. Generasi muda menjadi korban,
ikut-ikutan bertindak seperti wanita penjaja akting, rusaklah
negara, akibat tidak mampu mendidik wanita.
Islam Memuliakan Wanita
Islam sangat menghargai wanita, menjaga agar martabat
wanita terangkat, bukan rendah layaknya sampah, atau
menjadi boneka para manusia rakus. Apa artinya sebuah
pamor, jika di dalamnya memaksa wanita merusak derajat
dan martabatnya di hadapan masyarakat luas. Apa pula
artinya ketenaran, jika di dalamnya menyuruh wanita
bertindak melanggar norma-norma agama.
Bahagialah para wanita muslimah, ketika anak-anak, dalam
lindungan keluarga, ketika beranjak dewasa atau baligh,
diperintahkan menutup aurat, sebagai bentuk ketakwaan
pada Allah sang Maha Pencipta. Dalam hijab, bukan hanya
sekedar menutup aurat, tetapi merupakan cirri khas
muslimah yang mudah terdeteksi identitas
kemuslimahannya, hal ini sesuai firman Allah dalam surat
Al-Ahzab ayat 59:
“Hai Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah
Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Ketika telah beranjak dewasa dan hendak menikah, wanita
islam diperbolehkan memilih tanpa paksaan, mereka
diperlakukan istimewa, dipilihkan lelaki baik yang menjaga
kehormatan. Ia juga mempunyai hak meminta mahar (mas
kawin) dan boleh membelanjakannya sesuka hati. Sungguh
menyenangkan menjadi muslimah, ia tidak takut
kekurangan cinta dan kasih sayang. Ia adalah saudara bagi
muslim yang lainnya, sehingga jika ada gangguan dari
orang jahil, maka kehormatannya wajib dibela.
Ketika telah menjadi seorang Ibu, kemuliaan wanita
bertambah. Ia menjadi pembuka ridha surga Allah bagi
anak-anaknya. Doa bagi anaknya tidak meleset. Islam
memudahkan wanita yang berstatus Ibu, ia berhak
mendapat nafkah dari suami. Dan baginya tidak ada
kewajiban bersusah payah mencari makan. Baginya
merupakan kehormatan, ketika kewajiban di dalam rumah
diserukan, dengan tetap di dalam rumah akan terhindar
dari sifat buruk berupa gossip, ghibah, foya-foya, dan sifat
rendah yang mendatangkan madharat lainnya.
Kemuliaan lainnya, semakin lanjut usia mereka semakin
dihormati, semakin besar pula hak mereka dan semakin
berlomba-lomba anak-anak dan kerabat dekatnya untuk
berbuat yang terbaik kepada mereka, karena mereka telah
selesai melakukan tugasnya, dan yang tersisa adalah
kewajiban anak-anak, cucu, keluarga dan masyarakat
terhadap mereka.
Akhirnya, mewakili suara hati muslimah, penulis ingin
mengatakan, ‘atas nama HAM, izinkan kami para wanita
menutup aurat secara rapat’, atas nama HAM, jangan
ganggu para muslimah dengan tuduhan miring yang
mengait-ngaitkan dengan julukan teroris. Atas nama HAM,
izinkan muslimah mendapatkan kebebasan berpakaian
syar’i sesuai aturan syariat. [voa-islam.com]
Republik Zina Menunggu Binasa
Masih gadis sudah tidak
perawan? Tak perlu
mengernyitkan dahi. Saat ini
perempuan belum menikah tapi
sudah tidak virgin bukanlah
barang langka. Survey terbaru
yang dilakukan lembaga
internasional DKT bekerja sama
dengan Sutra and Fiesta
Condoms mengungkap, remaja
tak lepas dari seks bebas.
Buktinya, 462 responden berusia 15 sampai 25 tahun
semua mengaku pernah berhubungan seksual. Semua,
100 persen! Dan, mayoritas mereka melakukannya
pertama kali saat usia 19 tahun. Survey dilakukan Mei
2011 di Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali, dan Yogyakarta
(Republika.co.id, 12/12/2011).
Selanjutnya, data yang diungkap lebih miris lagi. Yakni,
sebanyak 88 persen hubungan seks dilakukan bersama
pacar, 9 persen dengan sesama jenis (terutama wanita),
dan 8 persen dengan PSK (untuk pria). Umumnya mereka
melakukan zina di tempat kos (33 persen), hotel atau
motel (28 persen), sementara rumah 24 persen. Lama
pacaran mereka sebelum berhubungan seksual, rata-rata
satu tahun.
Perzinaan agaknya sudah menjadi gaya hidup sebagian
warga berhaluan LIBERAL di Republik ini. Tepatnya, sejak
kran liberalisasi di berbagai bidang dibuka, life style ala
Barat yang sarat dengan gelagak syahwat turut menjadi
penumpang gelap. Dilegalkan tidak, tapi merebak di
mana-mana. Pornografi, pornoaksi, pelacuran,
permesuman dan hiburan maksiat, begitu dekat, mengulik
urat syahwat.
Tak peduli lelaki baru baligh, atau gadis bau kencur, jika
saraf-saraf nafsunya sudah diobrak-abrik, apa pun
dilakukan. Jika pintu legal pernikahan begitu terjal, zina
gratis jadi pelampiasan. Toh suka sama suka, saling
menguntungkan, tak ada yang dirugikan. Dan lebih
penting, toh tak ketahuan. Boro-boro dikenai rajam atau
sekadar dikucilkan, dengan bangga pelaku zina mem-
videokan adegan vulgarnya.
Bagaimana dengan memperkosa? Memang terlalu berat
risikonya. Kalau zina suka sama suka, tidak ada delik
pidananya. Perkosaan hanya dilakukan mereka yang
“kebelet” melampiaskan nafsu tapi tak punya pacar, atau
tak punya uang untuk membayar pelacur. Juga, yang tak
kuat nikah karena biaya administrasinya mahal, atau tak
punya calon saking tak lakunya.
Dan, di negeri ini, tipe seperti inipun tak kalah banyaknya.
Fenomena pemerkosaan di angkutan umum adalah salah
satunya. Korbannya sudah banyak berjatuhan, perempuan
semakin terancam di luar sana. Kejahatan seksual
mengintai setiap detik. Kalau tak diperdaya dengan rayuan
gombal, dicaplok para pemerkosa. Duh!
Omong kosong jika negara melindungi warganya. Yang
ada bukannya melarang, malah merangsang mereka untuk
menjadi penikmat syahwat. Memblokir situs porno hanya
sebatas niat. Baru sejenak sudah jebol lagi. Bahkan
dipelopori jajaran pejabat sendiri (ingat kasus anggota DPR
yang ketahuan mengakses situs porno saat sidang?).
Jangan heran jika kita membaca berita, tiap hari selalu ada
episode-episode anyar video-video mesum amatir dengan
aktor-aktris muda-mudi yang dimabuk asmara, pelajar
kurang ajaran, atau pasangan selingkuh.
Sekali lagi, negara justru menggelontorkan kebijakan yang
memperlonggar perzinaan. Media massa, novel, komik,
iklan, lukisan, sinetron, film, foto, lagu dan tayangan realty
show bertema cabul pun bebas beredar. Tidak akan
dibredel sekalipun sudah protes massal oleh masyarakat.
Pelacuran, eksploitasi aurat perempuan, dan tempat-
tempat hiburan yang menjajakan syahwat, dibiarkan.
Tidak akan ditutup asal menyumbang pajak.
Di sisi lain, negara membuat berbagai larangan untuk
menyumbat penyaluran syahwat dengan cara-cara legal.
Usia pernikahan terus dinaikkan, biaya nikah dimahalkan
dan syarat penikahan diperketat. Termasuk, upaya
pelarangan poligami sekalipun bagi mereka yang mampu.
Jika pembaca jeli, inilah sebenarnya yang diharapkan
negara liberal ini: industri porno menggeliat, zina dini
meningkat, pemerkosaan berlipat, kehamilan di luar nikah
tumbuh cepat, aborsi dipersingkat, dan lahirlah generasi
generasi bejat.
Persis di Barat, yang kini di ambang kebinasaan. Akankah
Republik ini diam saja menunggu saat yang sama?
Fenomena di atas tentu bukan perkara remeh. Muda-mudi
calon pemimpin masa depan, sudah sedemikian amoral.
Berani menghalalkan zina yang jelas-jelas diharamkan.
Anehnya, terhadap persoalan ini, hampir tidak ada yang
menuding sistem hidup sekuler-liberallah yang menjadi
akar masalahnya. Padahal sistem inilah yang
“mewajibkan” remaja pacaran, hingga merasa tak gaul
tanpa berhubungan badan dengan pujaan hatinya.
Sistem inilah yang mengajarkan, bahwa perempuan harus
membuka auratnya, mempertontonkan kepada lelaki
bukan mahromnya. Sistem inilah yang memandu tumbuh
kembang remaja, tanpa didampingi kedua orangtuanya
yang sangat sibuk digilas roda perekonomian. Sistem inilah
yang memberhalakan materi, uang dan kenikmatan
seksual.
Memang, mereka mengharapkan “agama” (baca: Islam)
mampu menyelesaikan persoalan ini. Pada saat remaja
ketahuan amoral, segera semua pihak berteriak “ini karena
kurangnya pendidikan agama” atau “para ulama harusnya
lebih berperan membina akhlak remaja” dan para guru
dan orangtua harus menanamkan nilai-nilai moral lebih
intens pada anak-anaknya.”
Agama dijadikan tong sampah saja, sekadar untuk
memperbaiki keadaan yang sudah rusak. Anak nakal dan
bandel, dikirim ke pesantren. Image pesantren sebagai
pendidikan mulia pun babak belur. Terlebih lagi, pada saat
yang sama diopinikan bahwa pesantren adalah “produsen”
teroris. Lulusan pesantren, orang-orang mukhlis itu,
didakwa membahayakan eksistensi negara. Sementara
para pelaku maksiat dianggap pahlawan penyumbang
devisa.
Tapi, baiklah, agama (baca: Islam) bersedia memperbaiki
keadaan. Bahkan punya sulosi komprehensif untuk
menuntaskan segala persoalan. Bukan hanya mengatasi
perzinaan, itu terlalu “mudah.” Bahkan mengatasi
kemiskinan, kelaparan, ketimpangan sosial, kriminalitas,
dll, serahkan saja padanya.
Tapi, mengapa ketika Islam -yang dipeluk mayoritas
penduduk negeri ini– mengajukan syariatnya sebagai
solusi, dicap mengancam eksistensi negara, radikal,
ekstrimis, intoleran, bahkan antipemerintah? Kenapa
negara dengan setia menerapkan sekulerisme, padahal
sekulerisme itu sendirilah yang melahirkan semua
kebobrokan sosial ini?
Sebaliknya, kenapa menuduh ideologi Islam, yang belum
pernah diberi kesempatan memerintah negeri ini, dengan
tuduhan-tuduhan miring? Tampak jelas, siapa yang
bermuka dua, antara butuh dan tidak butuh terhadap
Islam. Dan akan lebih baik lagi pembaca tanyakan pada
nurani mereka yang sering menggembosi dan
menghadang penegakan syariat islam, tanyakan pada
mereka yang mengakui "kesaktian" Pancasila, ketimbang
AL QURAN yang mulia.
Ingat-ingatlah duhai pembaca, kalau kalian mengerti,
pertarungan di tingkat pemikiran ini sudah lama
berlangsung, dan sedang berkecamuk dengan dahsyat,
kapan lagi kita hendak merapatkan barisan ? menunggu
babak belur ?????
Kita adalah umat terbaik yang pernah dilahirkan, jangan
pedulikan tong kosong yang hanya bisa menanam PADI
(kebaikan) sedangkan RUMPUT (pangkal kerusakan)
mereka biarkan tumbuh subur, biarlah mereka memanen
RUMPUT, toh kerugian mereka sendiri yang tanggung.
Tetapi jangan sampai pola pikir mereka yang terbalik
menguasai kita, mereka yang islam rohmatan lil alaminnya
sekedar di mulut saja.
Inilah tanda-tanda akhir zaman. Ketika perzinaan
merajalela dan masyarakat menganggapnya biasa. Kalau
sudah begini, Republik ini tinggal menunggu BINASA. Dan
mereka hanya bisa saling lempar tanggung jawab.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi SAW beliau
bersabda: “Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah
akan binasa umat ini sehingga orang-orang lelaki
menerkam wanita di tengah jalan (dan menyetubuhinya)
dan di antara mereka yang terbaik pada waktu itu berkata,
“alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini di
balik dinding ini.” (HR. Abu Ya’la. Al Haitsami berkata,
“perawi-perawinya shahih.” Lihat Majmu’ Zawaid: 7/331)

Be_
Situslakalaka.com
Berbulan Madu
dengan
Bidadari…
Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda
yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun
belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid
Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-
tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam.
Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.
“Wahai saudaraku Zahid….selama ini engkau sendiri
saja,” Rasulullah SAW menyapa.
“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.
“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau
membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,”
kata Rasulullah SAW.
Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek,
siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”
” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata
Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya
untuk membuat surat yang isinya adalah melamar
kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak
seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya
dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu
dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah
Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka
Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan
surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.
“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul
yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”
Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”
Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca
surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab
perkawinan yang selama ini biasanya seorang
bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan
dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah
yang dinamakan SEKUFU.
Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku,
betulkah surat ini dari Rasulullah?”
Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku
berbohong….”
Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan
berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap
tamu ini…. bukankah lebih disuruh masuk?”
“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang
melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata
ayahnya.
Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis
sejadi-jadinya dan berkata, “Wahai ayah, banyak
pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya
menginginkan aku, aku tak mau ayah…..!” dan Zulfah
merasa dirinya terhina.
Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku,
engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku
menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah
bahwa lamaranmu ditolak.”
Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti
menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah,
mengapa membawa-bawa nama rasul?”
Akhirnya Said berkata, “Ini yang melamarmu adalah
perintah Rasulullah.”
Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas
kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada
ayahnya, “Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata
bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera
aku harus dikawinkan dengan pemuda ini. Karena ingat
firman Allah dalam Al-Qur’an surat 24 : 51.
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila
mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan.
Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24:51)”
Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa
dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan
segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud
syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik
Zahid yang berbeda dari biasanya.
“Bagaimana Zahid?”
“Alhamdulillah diterima ya rasul,” jawab Zahid.
“Sudah ada persiapan?”
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul,
kami tidak memiliki apa-apa.”
Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar,
Ustman, dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan
uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk
membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah
Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk
menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan
Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum
Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata,
Zahid bertanya, “Ada apa ini?”
Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir
akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak
mengerti?”.
Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah kalau
begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan
kubelikan kuda yang terbagus.”
Para sahabat menasehatinya, “Wahai Zahid, nanti malam
kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”
Zahid menjawab dengan tegas, “Itu tidak mungkin!”
Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, “Jika bapak-
bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya
(dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. 9:24).
Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran
dan mati syahid di jalan Allah.
Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan
madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada
Zulfah.”
Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an surat 3 : 169-170
dan 2:154). “Janganlah kamu mengira bahwa orang-
orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka
itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah
yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka
bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal
dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati“.(QS 3: 169-170).
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang
yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati,
bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu
tidak menyadarinya.” (QS. 2:154).
Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan
Zulfahpun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon
suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di
dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”
HIKMAH
Mudah-mudahan bermanfaat dan bisa menjadi renungan
buat kita bahwa, “Untuk Allah di atas segalanya, and die
as syuhada.” Jazakumullah.
Kisah Sebuah Kalung
Bismillahirrahmanirrahiim
Suatu hari, seorang laki-laki tua datang mengenakan
pakaian usang.Langkahnya sempoyongan ketika menemui
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : "Wahai Nabi, aku
lapar, telanjang (berpakaian usang) dan miskin.Berilah aku
pakaian, sandang dan bantuan !"
Saat itu, Rasulullah tengah dilanda kesusahan.Beliau
berkata : "Sungguh, aku ini tidak memiliki apa-apa yang
dapat aku berikan kepadamu.Pergilah ke rumah
perempuan yang mendahulukan Allah daripada dirinya
yakni Fathimah...!"
Bilal kemudian mengantar orang tua itu ke rumah
Fathimah, orang itu berkata : "Wahai putri Muhammad !
Aku lapar dan butuh pakaian.Tolonglah aku, semoga Allah
memberkahimu !"
Ketika itu, Fathimah juga dilanda kesusahan, tetapi ketika
melihat kondisi orang tua itu, ia tidak tega.Ia memberi kulit
biri-biri yang biasa di pakai alas tidur Hasan dan
Husein."Ambillah ini ! Semoga Allah menggantinya bagimu
dengan yang lebih baik lewat menjualnya."
Wahai Fathimah ! Aku mengeluh lapar kepadamu dan
engkau memberiku kulit biri-biri ! Bagaimana bisa aku
makan dengan ini ?"
Fathimah seperti diiris sembilu.Lantas, ia mengulurkan
kalungnya.Orang itu mengambil kalung tersebut, lalu
kembali menemui Rasulullah." Wahai Nabi ! Fathimah
memberiku kalung dan memintaku menjualnya..."
Rasulullah tersenyum : "Sungguh, Allah akan memberi
jalan keluar, karena Fathimah memberimu kalung ini."
Amar bin Yasir yang ada di dekat Rasulullah meminta izin
untuk membeli kalung tersebut.Rasulullah memberi izin
dan Ammar menanyakan harganya." Sepiring roti dan
daging, sehelai baju Yaman untuk menutupi auratku dan
mendirikan shalat di hadapan Allah, uang 1 dinar agar aku
bisa pulang !"Kata orang tersebut.
Ammar yang baru menjual harta rampasan perang
Khaibar, ternyata menawar lebih :" Aku memberimu 20
dinar, 200 dirham, sehelai baju Yaman, kuda untuk
membawamu pulang dan kebutuhanmu akan roti dan
daging."
Setelah Ammar mengajak orang tersebut untuk memenuhi
janjinya, orang tersebut menemui Rasulullah lagi dan
berkata : "Aku kini jadi kaya.Semoga ayah dan ibuku jadi
penebus bagi Anda."
Rasulullah menimpali : "Maka balaslah Fathimah atas
kemurahan hatinya !"Orang tua tersebut mamanjatkan
doa.Setelah itu, ia pun pamit pulang.
Ketika Ammar membeli kalung itu, rupanya ia punya
maksud lain.Ia membungkus kalung itu kemudian
meminta budaknya, Shahm, untuk mengantarkannya
kepada Rasulullah." Berikan kalung ini pada Rasulullah !
Katakan pada beliau, aku menyerahkanmu kepadanya."
Shahm menemui Rasululllah dan menyampaikan amanat
dari Ammar, tetapi justru meminta Shahm untuk menemui
Fathimah :" Bawalah kalung ini pada Fathimah dan aku
serahkan kamu pada Fathimah !"
Shahm menyampaikan pesan Rasulullah.Fathimah
menerima kalung tersebut, seraya mengatakan bahwa
Shahm telah merdeka.Seketika itu, Shahm tertawa.Karena
tak tahu arti di balik tawa Shahm itu, maka Fathimah
bertanya kepadanya.
Shahm menjawab : "Aku tertawa karena memikirkan
kebajikan kalung ini.Ini memberi makan orang lapar,
memberi pakaian orang telanjang, melapangkan orang
miskin, membebaskan budak, dan kembali kepada pemilik
aslinya.Semuanya itu atas izin Allah."
Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat. Marilah kita
untuk senantiasa Mengajak Dan Menebar Kebaikan kepada
sesama.
Kami beristighfar kepada Allah Subhanahu Wa
Ta'ala.Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala melimpahkan
shalawat,salam dan keberkahan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam, keluarga dan para
shahabatnya serta seluruh pengikut beliau.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaa hailla
anta astaghfiruka wa atubu ilaika...
Wassalam...

Ampuni segala dosa-dosaku ya Allah,
10 Bantahan Bagi Penentang Jilbab
1. Jilbab pakaian orang Arab
Bantahan: Salah besar! Jilbab pakaian wanita muslimah.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut;
Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Quran berfirman yang
artinya : “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-
anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin.
Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih muda
untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah
adalah maha pengampun dan penyayang," (Al-Ahzab : 59).
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah
mereka menahan pandangannya dan menjaga
kemaluannya serta tidak menampakkan perhiasannya
kecuali ( yang biasa ) nampak darinya. Dan hendakkah
mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka,” ( QS.
24 : 31).
2. Percuma pakai jilbab kalo masih blom baik
Bantahan: Ente merasa blom baik? Kasihan deh lo… orang
biasanya pede dengan dirinya orang baik, kok malah
merasa belom baik! Trus, kenapa juga gak berjilbab kalo
memang pengen baik. Kalau tetep ga mo pake jilbab ga kan
pernah baik, lha selalu langgar perintah Allah, gimana mo
baik.
Trus, kenapa juga gak berjilbab kalo memang pengen
baik. Kalau tetep ga mo pake jilbab ga kan pernah
baik, lha selalu langgar perintah Allah, gimana mo
baik.
Dan pula, penilaian manusia kadang tidak obyektif. Orang
baik bisa dibilang tidak baik, orang tidak baik dibilang
baik…cape deh…
Nih, ada cerita sedikit. Menurut ente orang yang baik yang
mana, si fulana atau si rahmah… Si Fulana dan Si Ranti
sedang ngobrol, berikut obrolannya;
Fulana: Ih, ngapain si Rahmah pake jilbab? Udah kaya
orang bener aja! Masih suka ngomongin orang aja! Kesana-
sini masih ngerumpi, ngejelekin orang. Ih, sebel! Apalagi
gayanya itu, kalo di depan Si Aryo udah sok alim… padahal
suruh baca Al-Qur’an aje blom tentu becus! Mending gue,
biar baru bisa Al-Fatihah tapi gak gitu-gitu banget deh…
Udah gitu suka keluyuran lagi kalo hari senin ama kamis.
Katenye sih ngaji?! Alah, paling cari mangsa. Masak ngaji
siang hari! Udeh deh, kalo blom bener jangan sok pake
jilbal… bla bla bla {masih nyerocos}
Ranti: Hmm!!!!
3. Atas tertutup bawah kebuka!
Bantahan: Ini ledekan yang amat memilukan. Istilah ini
dibuat seolah orang yang berjilbab hanya tertutup luarnya
saja, tapi gampang menunjukkan auratnya.
Jilbab yang pengertiannya juga hijab (tirai), adalah
penghalang seorang muslimah gak hanya dari pandangan
lelaki lain, tapi juga penghalang seorang muslimah untuk
berbuat maksiat, penghalang seorang muslimah dari
perbuatan yang dilarang agama. Perkataan seperti ini biasa
dilancarkan orang kafir dan orang-orang Islam yang nggak
ngerti.
4. Jilbab? Nggak deh…panasnya itu loh
Bantahan: Ketahuan…blom pernah pake jilbab secara
bener! Pake dong yang bener. Di dalam pakai pakaian
dalam, trus pake pakaian luar yang panjang. Bagian bawah
pakai celana panjang yang longgar (untuk menghindari rok
yang tersingkap hingga memperlihatkan betis/aurat), baru
pake rok yang juga longgar. Udah coba? Blom kan?
Makanya jangan sembarang ngomong kalo blom coba.
Tanya yang udah pake, adem banget lagee..
5. Rambut jadi bau!
Bantahan: Setiap rambut juga bau kalo gak pernah di
keramas, mau pake jilbab kek, mau nggak, tapi jelas
rambut hitam ente tetap terjaga hitam alami. Dari pada
panas-panasan rambut jadi merah … plus bau!
6. Ada ninja …
Bantahan: Dari pada ada orang kafir! Pakaian yang anda
pake adalah pakaian orang kafir, tahu nggak? Denger nih
hadist nabi:
Umar meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: “Janganlah berpakaian seperti orang-orang yang
tidak beriman “.
“Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kaum itu!”
hadist ini merupakan peringatan terhadap orang-orang
Islam agar tidak mengikuti perilaku nonmuslim.
“Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk
kaum itu!” hadist ini merupakan peringatan terhadap
orang-orang Islam agar tidak mengikuti perilaku
nonmuslim.
Ada lagi nih dari hadist nabi; “Barang siapa meniru suatu
kaum, dia akan dibangkitkan bersama kaum yang dicontoh-
contohkannya itu.”
Mau dibangkitkan di akhirat bersama kaum kafir? Kalo gue,
nggak deh …
7. Pake jilbab kok sombong?
Bantahan: Yang gak pake jilbab sombong juga lebih
banyak!
8. Jilbab buat susah kerja
Bantahan: Ah, nggak tuh! Kalo tempat kerja yang bener
gak mungkin ngelarang orang pake jilbab. Kalo tempat
kerja yang nggak bener memang menyuruh para wanitanya
untuk berpakaian seksi. Mau kerja di tempat yang gak
bener?
9. Pake jilbab biasa aje, kedombrong gitu! Gak modis
tau …
Bantahan: Emang jilbab fungsinya menutup aurat kok?
Ente tahu gak sih kalo dengan pakaian semacam celana
jeans pa*nt*t (maaf) ente yang bah*nol itu masih jadi
terkaman mata laki-laki? Ente tahu gak sih kalo yang
menyembul dari dada ente masih buat laki-laki serr… Mau
jadi tontonan? Terserah (ini yang di istilahkan nabi
berpakaian tapi telanjang, wallahu alam). Tapi (seperti kata
AA Gym) bukankah lebih baik jadi wanita tuntunan, bukan
tontonan!
10. Nanti aje kalee kalo udah tua…
Bantahan: Jaminan dari mane ente bisa hidup ampe tua?
Emang ada perjanjiannya? Atau ente punya Sertifikat
Jaminan Hidup Sampe Tua? Kalo ada gak apa-apa… boleh
aja. Entar kalo udah deket dengan perjanjian saatnya ente
meninggal pake deh tuh jilbab, ama perbanyak ibadah!

Sumber: voiceofal-islam
Fadhillah Wanita
Point-point ini terdapat di dalam kitab Kanzul ‘Ummal,
Misykah, Riadhush Shalihin, Uqudilijjain, Bhahishti
Zewar, Al-Hijab, dan lain-lain, checking satu persatu
belum dibuat. Mudah-mudahan dapat diambil ibrah
darinya.
1. Doa wanita lebih maqbul dari lelaki kerana sifat
penyayang yang lebih kuat dari lelaki. Ketika
ditanya kepada Rasulallah SAW akan hal tersebut,
jawab baginda : “Ibu lebih penyayang dari bapak
dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”
2. Wanita yang solehah itu lebih baik dari 1,000
orang lelaki yang tidak soleh.
3. Seorang wanita solehah adalah lebih baik dari 70
orang wali.
4. Seorang wanita solehah adalah lebih baik dari 70
lelaki soleh.
5. Barangsiapa yang menggembirakan anak
perempuannya, derajatnya seumpama orang yang
senantiasa menangis kerana takutkan Allah SWT
dan orang yang takutkan Allah SWT akan
diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
6. Barang siapa yang membawa hadiah (barang
makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan
kepada keluarganya, maka pahalanya seperti
bersedakah. Hendaklah mendahulukan anak
perempuan dari anak lelaki. Maka barangsiapa
yang menyukakan anak perempuan seolah-olah
dia memerdekakan anak Nabi Ismail AS
7. Tidaklah seorang wanita yang haidh itu, kecuali
haidhnya merupakan kifarah (tebusan) untuk
dosa-dosanya yang telah lalu, dan apabila pada
hari pertama haidhnya membaca
“Alhamdulillahi’alaa Kulli Halin Wa Astaghfirullah”.
Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan dan
aku mohon ampun kepada Allah dari segala dosa.”;
maka Allah menetapkan dia bebas dari neraka dan
dengan mudah melalui shiratul mustaqim yang
aman dari siksa, bahkan Allah Ta’ala
mengangkatnya ke atas derajat, seperti derajatnya
40 orang mati syahid, apabila dia selalu berzikir
kepada Allah selama haidhnya.
8. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan
tinggal bersama aku (Rasulullah SAW.) di dalam
syurga.
9. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan
atau tiga saudara perempuan atau dua anak
perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia
bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka
dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa
serta bertanggung jawab, maka baginya adalah
syurga.
10. Dari ‘Aisyah r.ha. “Barang siapa yang diuji dengan
sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia
berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan
menjadi penghalang baginya dari api neraka.”
11. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
12. Apabila memanggil akan engkau kedua ibu
bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
13. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya
akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka
pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana
pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
14. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan
di laut, burung di udara, malaikat di langit,
matahari dan bulan, semuanya beristighfar
baginya selama mana dia taat kepada suaminya
dan meredhainya. (serta menjaga sembahyang
dan puasanya)
15. ‘Aisyah r.ha. berkata “Aku bertanya kepada
Rasulullah SAW. siapakah yang lebih besar haknya
terhadap wanita ?” Jawab baginda, “Suaminya”.
“Siapa pula berhak terhadap lelaki ?” Jawab
Rasulullah SAW. “Ibunya”.
16. Seorang wanita yang apabila mengerjakan solat
lima waktu, berpuasa wajib sebulan (Ramadhan),
memelihara kehormatannya serta taat kepada
suaminya, maka pasti akan masuk syurga dari
pintu mana saja yang dia kehendaki.
17. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam
urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia
ke dalam syurga lebih dahulu dari suaminya
(10,000 tahun).
18. Apabila seseorang perempuan mengandung janin
dalam rahimnya, maka beristighfarlah para
malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan
baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan
menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
19. Dua rakaat solat dari wanita yang hamil adalah
lebih baik dari 80 rakaat solat wanita yang tidak
hamil.
20. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa
pada siang hari.
21. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat
pada malam hari.
22. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak
bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya
pahala orang yang berjihad pada jalan Allah SWT .
23. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70
tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada
satu uratnya Allah mengaruniakan satu pahala
haji.
24. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak,
keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan
ibunya melahirkannya.
25. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas
bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.
26. Wanita yang memberi minum susu kepada
anaknya dari badannya (ASI) akan dapat satu
pahala dari tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
27. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup
tempo (2 1/2 tahun), maka malaikat-malaikat di
langit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib
baginya.
28. Jika wanita memberi susu badannya kepada
anaknya yang menangis, Allah akan memberi
pahala satu tahun solat dan puasa.
29. Wanita yang habiskan malamnya dengan tidur
yang tidak selesai kerana menjaga anaknya yang
sakit akan mendapat pahala seperti membebaskan
20 orang hamba.
30. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari
kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan
oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia
hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun
pahala ibadat.
31. Apabila seorang wanita mencucikan pakaian
suaminya, maka Allah mencatatkan baginya seribu
kebaikan, dan mengampuni dua ribu
kesalahannya, bahkan segala sesuatu yang disinari
sang surya akan meminta keampunan baginya,
dan Allah mengangkatkannya seribu derajat
untuknya.
32. Seorang wanita yang solehah lebih baik dari seribu
orang lelaki yang tidak soleh, dan seorang wanita
yang melayani suaminya selama seminggu, maka
ditutupkan baginya tujuh pintu neraka dan
dibukakan baginya pintu syurga, yang dia dapat
masuk dari pintu mana saja tanpa dihisab.
33. Mana-mana wanita yang menunggu suaminya
hingga pulanglah ia, disapukan mukanya,
dihamparkan duduknya atau menyediakan makan
minumnya atau memandang ia pada suaminya
atau memegang tangannya, memperelokkan
hidangan padanya,memelihara anaknya atau
memanfaatkan hartanya pada suaminya kerana
mencari keridhaan Allah, maka disunatkan baginya
akan tiap-tiap kalimah ucapannya, tiap-tiap
langkahnya dan setiap pandangannya pada
suaminya sebagaimana memerdekakan seorang
hamba. Pada hari Qiamat kelak, Allah karuniakan
Nur hingga tercengang wanita mukmin semuanya
atas karunia rahmat itu. Tiada seorang pun yang
sampai ke martabat itu melainkan Nabi-nabi.
34. Tidakkan putus ganjaran dari Allah kepada seorang
isteri yang siang dan malamnya menggembirakan
suaminya.
35. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih
sayang dan suaminya melihat isterinya dengan
kasih sayang akan di pandang Allah dengan penuh
rahmat.
36. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan
mendapat pahala 12 tahun solat.
37. Wanita yang melayani dengan baik suami yang
pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan
medapat pahala jihad.
38. Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan
mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita
memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala
tola perak.
39. Dari Hadrat Muaz ra.: Mana-mana wanita yang
berdiri atas dua kakinya membakar roti untuk
suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan
oleh api, maka diharamkan muka dan tangannya
dari bakaran api neraka.
40. Thabit Al Banani berkata : Seorang wanita dari Bani
Israel yang buta sebelah matanya sangat baik
khidmatnya kepada suaminya. Apabila ia
menghidangkan makanan dihadapan suaminya,
dipegangnya pelita sehingga suaminya selesai
makan. Pada suatu malam pelitanya kehabisan
sumbu, maka diambilnya rambutnya dijadikan
sumbu pelita. Pada keesokkannya matanya yang
buta telah celik. Allah karuniakan kemuliaan pada
perempuan itu kerana memuliakan dan
menghormati suaminya.
41. Pada suatu ketika di Madinah, Rasulullah SAW.
keluar mengiringi jenazah. Baginda dapati
beberapa orang wanita dalam majlis itu. Baginda
lalu bertanya, “Adakah kamu menyembahyangkan
mayat ?” Jawab mereka,”Tidak”. Sabda Baginda
“Sebaiknya kamu sekalian tidak perlu ziarah dan
tidak ada pahala bagi kamu. Tetapi tinggallah di
rumah dan berkhidmatlah kepada suami niscaya
pahalanya sama dengan ibadat-ibadat orang
lelaki.”
42. Wanita yang memerah susu binatang dengan
“Bismillah” akan didoakan oleh binatang itu
dengan doa keberkatan.
43. Wanita yang menguli tepung gandum dengan
“Bismillah”, Allah akan berkahkan rezekinya.
44. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan
mendapat pahala seperti menyapu lantai di
Baitullah.
45. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang
mengeluarkan peluh ketika membuat roti, Allah
akan mejadikan 7 parit diantara dirinya dengan api
neraka, jarak diantara parit itu ialah sejauh langit
dan bumi.”
46. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal
benang, Allah akan mencatatkan untuknya
perbuatan baik sebanyak utus benang yang dibuat
dan memadamkan seratus perbuatan jahat.”
47. “Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang
menganyam akan benang dibuatnya, Allah telah
menentukan satu tempat khas untuknya di atas
tahta di hari akhirat.”
48. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal
benang dan kemudian dibuat pakaian untuk anak-
anaknya maka Allah akan mencatatkan baginya
ganjaran sama seperti orang yang memberi makan
kepada 1000 orang lapar dan memberi pakaian
kepada 1000 orang yang tidak berpakaian.”
49. “Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang
meminyakkan rambut anaknya,menyikatnya,
mencuci pakaian mereka dan mencuci akan diri
anaknya itu, Allah akan mencatatkan untuknya
pekerjaan baik sebanyak helai rambut mereka dan
memadamkan sebanyak itu pula pekerjaan jahat
dan menjadikan dirinya kelihatan berseri di mata
orang-orang yang memperhatikannya.”
50. Sabda Nabi SAW: “Ya Fatimah barang mana wanita
meminyakkan rambut dan janggut suaminya,
memotong kumis (misai) dan mengerat kukunya,
Allah akan memberi minum akan dia dari sungai-
sungai serta diringankan Allah baginya sakaratul
maut dan akan didapatinya kuburnya menjadi
sebuah taman dari taman- taman syurga dan
dicatatkan Allah baginya kelepasan dari api neraka
dan selamatlah ia melintas Titian Shirat.”
51. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah
akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.
52. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan
berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga
adab rumah tangganya akan masuk syurga 500
tahun lebih awal dari suaminya, akan menjadi
ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu
akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu
suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat
dari yakut.
53. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah
Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri
kepada wanita yang memberati auratnya yaitu
memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.
54. Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik
perhiasan ialah wanita (isteri) yang solehah.
55. Salah satu tanda keberkatan wanita itu ialah cepat
perkahwinannya, cepat pula kehamilannya dan
ringan pula maharnya (mas kawin).
56. Sebaik-baik wanita ialah wanita (isteri) yang
apabila engkau memandang kepadanya ia
menggirangkan engkau, jika engkau memerintah
ditaatinya perintah engkau (taat) dan jika engkau
berpergian dijaga harta engkau dan dirinya.
57. Dunia yang paling aku sukai ialah wanita solehah.
58. Rasulullah SAW bersabda bahwa, “Allah telah
memberikan sifat iri (pencemburu) untuk wanita
dan jihad untuk lelaki. Jika seorang wanita melatih
kesabarannya dengan iman dengan
mengharapkan pahala dari sesuatu perkara yang
menyebabkannya menjadi cemburu (iri hati),
seperti misalnya suaminya menikahi istri kedua,
maka ia akan menerima ganjaran seorang syahid”.
***

Ampuni segala dosa-dosaku ya Allah.

Hani_
==> http://www.facebook.com/notes/maiya-azyzaa/novel-bidadari-bidadari-surga-bagian-1/247293605353089

BIDADARI-BIDADARI SURGA by Tere Liye

BAGIAN 1

EMPAT PENJURU

"PULANGLAH. Sakit kakak kalian semakin parah. Dokter bilang mungkin
minggu depan, mungkin besok pagi, boleh jadi pula nanti malam. Benar-benar
tidak ada waktu lagi. Anak anakku, sebelum semuanya terlambat, pulanglah...."
Wajah keriput nan tua itu menghela nafas.
Sekali. Dua kali. Lebih panjang. Lebih berat. Membaca pesan itu entah
untuk berapa kali lagi. Pelan menyeka pipinya yang berlinang, juga lembut
menyeka dahi putri sulungnya, wanita berwajah pucat yang terbaring lemah di
hadapannya. Mengangguk. Berbisik lembut: "Ijinkan, Mamak mengirimkannya,
Lais.... Mamak mohon...."
Pagi indah datang di lembah itu.
Cahaya matahari mengambang di antara kabut.
Embun menggelayut di dedaunan strawberry. Buahnya yang beranjak
ranum nan memerah. Hamparan perkebunan strawberry terlihat indah
terbungkus selimut putih sejauh mata memandang.
Satu bilur air mata akhirnya ikut menetes dari wanita berwajah redup
yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Mereka berdua bersitatap satu
sama lain, lamat-lamat. Lima belas detik senyap. Hanya desau angin lembah
menelisik daun jendela. Ya Allah, sungguh sejak kecil ia menyimpan semuanya
sendirian. Sungguh. Demi adik-adiknya. Demi kehidupan mereka yang lebih
baik. Ia rela melakukannya. Tapi, sepertinya semua sudah usai. Waktunya sudah
selesai. Tidak lama lagi.
Sudah saatnya mereka tahu. Sudah saatnya....
Perempuan berwajah pucat di atas ranjang berusaha tersenyum, dengan
sisa-sisa tenaga. Sedikit terbatuk, bercak darah merah mengalir dari sela bibir
bersama dahak. Bernafas sesak. Semakin kesakitan. Namun sekarang muka
tirusnya mengembang oleh sebuah penerimaan. Ia perlahan mengangguk.
Tangan tua itu demi melihat anggukan putri sulungnya, tanpa menunggu
lagi gemetar menekan tombol ok. Message transmitted. Maka! Dalam hitungan
seperjuta kedipan mata.
Melesat Berpilin. Berputar.
Seketika saat tombol ok itu ditekan, jika mata bisa melihatnya, bak
komet, bagai anak panah, macam rudal berkecepatan tinggi, 203 karakter SMS
itu berubah menjadi data binari 0-1-0-1! Menderu tak-tertahankan menuju
tower BTS (base transmitter station) terdekat. Sepersekian detik lagi lantas
dilontarkan sekuat tenaga menuju satelit Palapa C-2 ratusan kilometer di atas
sana, berputar dalam sistem pembagian wilayah yang rumit, bergabung dengan
jutaan pesan, suara, streaming gambar, dan data lainnya dari berbagai sudut
muka bumi (yang hebatnya tak satupun tertukar-tukar), lantas sebelum mata
sempat berkedip lagi, pesan tersebut sudah dilontarkan kembali ke muka bumi!
Pecah menjadi empat.
Bagai meteor yang terbelah, pecahan itu berpendar-pendar sejuta warna
menghujam ke empat penjuru dunia.
Empat nomor telepon genggam!
Tak peduli di manapun itu berada. Tak peduli sedang apapun pemiliknya.
Kabar itu segera terkirimkan. Melesat mencari empat nomor telepon genggam
yang dituju.
Pulanglah anak-anakku! Untuk pertama dan sekaligus untuk terakhir
kalinya, kakak kalian membutuhkan kalian………

BERSAMBUNG..,
==> http://www.facebook.com/notes/maiya-azyzaa/novel-bidadari-bidadari-surga-bagian-2/247325182016598

BIDADARI-BIDADARI SURGA By Tere Liye
BAGIAN 2
BULAN YANG TERBELAH

"HADIRIN yang kami hormati, tiba saatnya kita mengundang ke atas
panggung, seseorang yang sudah kita tunggu-tunggu sejak tadi. Seseorang yang
seolah-olah akan – maaf – membuat lima profesor sebelumnya terasa
membosankan dan membuat mengantuk"
Tertawa. Ruangan besar itu buncah oleh tawa.
".... Banyak sekali catatan hebat yang dimilikinya, tapi anehnya, meski
banyak, sekarang kita sama sekali tak perlu menyebut satupun. Ah, bukan
karena akan merepotkan membaca daftar super-panjang itu, tapi buat apa lagi,
semua sudah hafal, bukan? Jadi buat siapapun di ruangan besar ini, siapapun di
antara lima ratus peserta Simposium Fisika Intemasional ini yang tidak
mengenal sosoknya. Yang, oh, betapa malangnya peserta itu—" Tertawa lagi.
"Buat peserta malang itu, saya akan memperkenalkan pembicara utama
simposium kita hanya dengan memperlihatkan cover sebuah majalah: Science!"
Dengan sedikit dramatis, moderator simposium fisika itu sengaja mengangkat
tinggi-tinggi majatah yang dimaksud.
"Inilah jurnal ilmu-pengetahuan terkemuka di dunia. Yang memiliki
reputasi paling hebat di antara sejenisnya. Lihatlah edisi bulan ini, edisi terbaru!
Terpaksa menurunkan laporan tidak lazim, utuh sebanyak 49 halaman, hmm,
itu bisa dibilang hampir seperempat tebal majalah ini.... Kenapa saya sebut
tidak lazim? Karena laporan ini sungguh tak biasa bagi banyak ahli fisika yang
kebanyakan sekuler. Apalagi untuk konsumsi publik di negara-negara Barat
sana. Judul penelitiannya adalah: 'Pembuktian Tak Terbantahkan Bulan Yang
Pernah Terbelah'.
Kepala-kepala menyeruak. Berebut ingin melihat lebih jelas.
"Penelitian yang amat mengesankan, mengingat hari ini, ketika
kehidupan sudah begitu tidak-pedulinya dengan fakta-fakta dalam agama,
pembicara utama kita siang ini justru datang dengan sepuluh bukti bahwa bulan
memang pernah terbelah 1.400 tahun silam dalam hasil penelitian mutakhirnya.
Bukan main. Lengkap tak terbantahkan, sebagai salah satu mukjijat Nabi
penutup jaman. Benar-benar terbelah dua seperti kalian sedang membelah
semangka, bukan penampakan sihir, apalagi ilusi mata seperti yang dituduhkan
dan dipahami banyak orang sejak dulu. Lantas setelah dibelah, dua potongan
bulan tersebut disatukan kembali, seperti bulan yang biasa kita lihat sekarang.
Itu benar-benar pernah terjadi!" Moderator itu berhenti sejenak. Membiarkan
ruangan besar dipenuhi sensasi yang diinginkannya. Terpesona. Ingin tahu.
Rasa kagum Sejenis itulah.
"Well, meski kalau dipikir-pikir sebenarnya pembuktian hebat atas bulan
yang pernah terbelah itu tidak terlalu mengejutkan kita, bukan? Hanya soal
waktu dia akan membuktikannya. Mengingat profesor muda kita adalah orang
pertama di negeri ini yang berkali-kali menulis di jurnal paling prestisius dunia
itu. Mendapat pengakuan dari berbagai institusi penelitian dunia, dan selalu
konsisten berusaha membuktikan berbagai transkripsi dan sejarah religius dari
sisi ilmiahnya...."
Muka-muka yang memadati ruang konvensi besar itu terlihat semakin
bercahaya oleh antusiasme. Seperti anak kecil yang dijanjikan mainan baru.
Atau seperti anak kecil yang melihat penuh rasa ingin tahu toples penuh gula-
gula. Menunggu tak sabaran moderator yang terus ngoceh tentang fakta yang
sebenamya mereka sudah tahu semua. Termasuk jurnal itu. Tadi pagi dibagikan
gratis ke seluruh peserta.
".... Namanya terdaftar dalam 100 peneliti fisika paling berbakat di dunia.
Dan tidak berlebihan jika mantan koleganya di Princenton University berandai-
andai dia akan menjadi salah-satu kandidat kuat penerima nobel fisika beberapa
tahun ke depan. Jadi buat peserta yang tidak sempat mengenalnya secara
langsung, hari ini setelah enam bulan berusaha menculiknya dari jadwal
laboratorium yang tidak masuk-akal, dari berbagai penelitian yang serius,
sistematis dan kaku... hari ini dengan bangga kami hadirkan sosok yang
sebaliknya memiliki wajah dan kepribadian santun menyenangkan ini...." Gadis
moderator itu tersenyum lebar, terlihat amat senang membuat seluruh peserta
simposium menunggu tak sabaran kalimat-kalimat perkenalannya.
Menikmati posisinya sebagai 'penguasa' jadwal acara.
"Ah-ya, soal wajah dan kepribadian yang santun menyenangkan? Kalian
tahu, yang menarik ternyata bukan hanya wajah profesor ini yang terlihat
santun menyenangkan. Well, di tengah kesibukannya sebagai peneliti, pakar,
dan apalah namanya yang serba serius dan menuntut banyak waktu itu, profesor
muda kita tetap hidup dengan segala romantisme bersama keluarga kecilnya.
Lihatlah, hari ini dia datang dengan istrinya yang terlihat cantik, selamat siang
Nyonya!"
Muka-muka tertoleh. Penuh rasa ingin tahu. Mereka belum pernah
melihat istri sang Profesor, meski dengan begitu banyak publisitas selama ini.
Tersenyum. Wanita cantik berkerudung yang duduk di sebelah sang Profesor,
baris kedua dari depan itu ikut balas tersenyum, layar LCD raksasa di depan
plenary hall menayangkan paras cantiknya.Mengangguk anggun. Sedikit bersemu merah.
"Ada yang berminat mendengar kisah indah pertemuan mereka?"
Moderator menyeringai lebar.
Hampir seluruh peserta simposium meski tertarik, menggdeng. Mereka
jauh-jauh datang dari berbagai universitas ternama ke ruangan besar itu jelas-
jelas ingin mendengarkan paparan mutakhir temuan fisika, bukan celoteh
moderator.
"Baiklah karena kalian memaksa, maka dengan senang hati saya akan
menceritakan bagian tersebut..."
Wajah-wajah terlipat. Gumam keberatan.
"Keluarga yang hebat meski tidak menyukai publisitas...."
"Masa kecil yang penuh perjuangan... kalian tahu, Profesor kita sudah
membuat kincir air setinggi lima meter saat ia masih kanak-kanak...."
".... Perkenalan di kontes fisika, terpesona oleh kecantikan remaja...
Profesor kita mengejar hingga ke Bandara, haha...."
Lima menit berlalu, peserta simposium mulai jengkel
".... Perkebunan strawberry yang indah...."
".... Masa kecil yang begitu mengesankan...."
Satu-dua peserta sengaja mulai berdehem (lebih keras).
".... Baik, baik." Akhirnya gadis di podium menyadari ruangan mulai
gerah, tersenyum lebar tidak-sensitif, "Karena saya pikir kalian sedikit mulai
tak-sabaran mendengar perkenalan yang sebenarnya amat penting dari saya,
baiklah, hadirin, berikan sambutan yang paling meriah, inilah salah-satu
profesor fisika termuda, ternama, yang pernah ada di negeri ini, profesor
kebanggaan kita, Profesor Da-li-mun-te!"
Tepuk-tangan bak dikomando menggema bagai dengung lebah.
Pemuda berumur 37 tahun itu tersenyum lebar.
Melepas genggaman mesra, berbisik lembut ke istrinya. Berdiri. Lantas
melangkah sigap menuju podium. Dengan langkah panjang-panjang.
Rambutnya tersisir rapi mengkilat. Matanya tajam memandang, Rahangnya
kokoh. Eskpresi wajahnya meski santun menyenangkan seperti yang dibilang
moderator cerewet itu, sebenamya terlihat keras mengiris, sisa gurat masa kecil
yang tidak selalu beruntung.
Hari ini Profesor Dalimunte mengenakan kemeja krem. Rapi seperti
biasa. Meski 'gelang karet' gaya anak muda di tangan kanan membuatnya
terlihat lebih kasual, untuk tidak bilang sebenarnya sedikit tidak matching
dengan busana rapinya. Gelang itu macam gelang karet yang bertulisan
'solidarity forever', 'united for all', 'long live friendship', yang sedang trend di
anak muda.
Itu gelang pemberian Intan, putri sulungnya yang berumur sembilan
tahun. Bertuliskan, 'Safe The Planet!' Minggu-minggu ini, Intan menjadi ketua
panitia 'Earth Day' di sekolah. Memaksa siapa saja mengenakan gelang itu. Satu
gelang bernilai sumbangan 5.000 perak. Nanti uangnya buatbeli tong sampah
yang bakal dikirim ke daerah-daerah korban bencana alam. Makanya Intan
sibuk benar berpromosi. Termasuk ke Eyang Lainuri (malah seminggu lalu
mengirimkan selusin gelang ke perkebunan strawberry buat tukang-tukang
kebun); buat apa coba di pedalaman indah nan sederhana itu penduduknya
pakai gelang? Ah, Intan memang keras kepala soal proyek "Safe The Planet" -
nya, lihatlah satu gelang juga terpasang rapi di leher hamster belang miliknya,
meski yang bayar lima ribu perak, ya Ummi.
Profesor Dalimunte memperbaiki speaker di atas podium. Pelan
mengetuk-ngetuknya. Berdehem. Tepukan mereda. Peserta konvensi perlahan
duduk kembali. Menatap antusias ke depan.
"Baik, pertama-tama, terima-kasih atas perkenalan yang hebat, panjang,
dan superlengkapnya. Meski saya pikir kau agak berlebihan dengan
menceritakan bagian romantisme pertemuan itu, Anne!" Dalimunte
menganggukan kepala kepada moderator, tersenyum, "Tapi terima kasih atas
sentuhan keluarganya: profesor muda kita tetap hidup dengan segala
romantisme bersama keluarga kecilnya.... Anne, setidaknya dengan kalimat
terakhir itu, kau membuatku terlihat sedikit lebih manusiawi. Bukan seperti
daftar penelitian yang kulakukan sepanjang tahun: sistematis, serius, dan kaku.
Ya, profesor fisika juga manusia biasa, bukan—"
Tertawa. Ruangan besar itu ramai oleh tawa.
"Hadirin, sebelumnya maafkan saya untuk dua hal...." Profesor Dalimunte
mengusap wajahnya yang sedikit berkeringat, "Pertama karena saya hanya
punya waktu lima belas menit untuk memenuhi segala keingintahuan kalian.
Saya harap itu cukup setelah hampir enam bulan kalian menunggu kesempatan
ini. Kalian tahu, ada banyak pekerjaan di laboratorium, belum lagi dengan
segala tenggat waktunya. Di samping itu, kalian tahu persis, saya tidak terlalu
menikmati dikelilingi puluhan wartawan dengan kameranya. Semua popularitas
ini.... Jadi ijinkanlah saya untuk memulai langsung topik kita hari ini—"
Wajah-wajah terlihat semakin antusias. Tangan-tangan wibuk
menggenggam pulpen bersiap mencatat. Takut benar ada fakta terucap yang terselip di ingatan dan lalai di catat takut benar terlihat sebagai orang paling
bodoh dalam ruangan simposium fisika internasional tersebut. Ini lima belas
menit yang penting.
".... Seperti yang telah kalian baca di jurnal tersebut bulan dibelah dua
sudah menjadi fakta religius ratusan tahun silam. Salah-satu mukjizat Nabi
penutup jaman. Ada banyak perdebatan, ada banyak penelitian yang justru
mencoba membuktikan kalau itu semua keliru. Ternyata tidak. Keajaiban itu
memang pernah terjadi! — Bagaimana mungkin ada satu potongan translasi
religius yang keliru? Kitab suci keliru? Hadist yang salah? Sungguh lelucon
yang tidak lucu. Itu tidak mungkin terjadi!" Profesor Dalimunte dengan muka
serius menunjuk slide gambar bulan terbelah dua di layar LCD raksasa depan
ruangan.
"Tapi seperti yang saya bilang tadi, untuk kedua kalinya maafkan saya,
karena hari ini saya memutuskan untuk tidak membicarakan penelitian yang
sudah dimuat dengan baik oleh jurnal populer yang selama ini sekuler dan
diskriminatif, 'Science'. Kalian bisa membaca sendiri seluruh buktinya di
majalah tersebut, dan jika masih ada pertanyaan, kolega dan staf saya di
laboratorium dengan senang hati membalas e-mail pertanyaan, pesan, ajakan
diskusi, atau apapun dari kalian....
“Hari ini sesuai kesepakatan dengan panitia simposium lima menit setiba
saya di sini, saya akan menyajikan pembuktian fakta religius penting lainnya.
Bukan tentang bulan, tapi isu yang lebih besar. Lebih mendesak untuk
disampaikan. Perubahan topik ini sebenarnya kabar baik bagi kalian, karena
kalian akan menjadi orang pertama yang mendengarkan progress penelitian
terbaru kami: Badai Ekktromagnetik Antar Galaksi menjelang hari kiamat...."
Slide bergerak cepat. Sekarang memunculkan sebuah translasi kitab suci.
Wajah-wajah dalam ruang besar nampaknya tidak terlalu keberatan dengan
perubahan topik yang mendadak tersebut. Buru-buru mencoret judul catatan di
atas kertas.
Profesor Dalimunte tersenyum lebar menatap sekitar dengan rileks. Lima
ratus undangan. Lima ratus ahli fisika dari berbagai penjuru dunia. Meski tidak
terlalu menyukai publisitas, dia amat terlatih untuk urusan mengendalikan
massa seperti ini. Dulu dia belajar dari guru terbaiknya.

BERSAMBUNG..,
==> http://www.facebook.com/notes/maiya-azyzaa/novel-bidadari-bidadari-surga-bagian-4/247925978623185

BIDADARI-BIDADARI SURGA by Tere Liye
BAGIAN 4
TITIPAN KAOS BOLA

PESAWAT AIRBUS 3320 milik maskapai penerbangan Italiano Sky itu
melesat membelah pesisir Eropa. Malam hari. Pukul 19.30 di sini. Speaker di
pesawat memperdengarkan suara merdu sang pramugari yang lembut menyapa
penumpang: "... Signore e signori, Vaereo atterera tra 5 minuti all'aeroporto di
Roma. Si prega di allaciare di cinture di skurezza... Informiamo i signori
pesseggeri che e tra Giacarta e Roma vi sono sette ore di differenza….. Senior
& Seniorita, pesawat akan segera mendarat di Bandara Roma lima menit lagi.
Harap kenakan sabuk pengaman Anda.... Perbedaan waktu Jakarta dan Roma"
"Bangun, Ikanuri!" Wibisana menyikut lengan adiknya.
Ikanuri menguap, menggosok matanya, "Sudah sampai?"
Wibisana mengangguk.
Wajah mereka berdua mirip sekali. Rambut. Matanya. Ekspresi wajah.
Bahkan bekas luka kecil di dahi. Bedanya, yang satu baretnya di sebelah kanan,
yang satu di sebelah kiri. Selain itu, nyaris 99,99% mirip, termasuk tinggi, lebar
dan bentuk perawakan tubuh. Jadi seperti sepasang kembar kalau mereka
berdiri berjajar. Padahal mereka sedikit pun tidak kembar, apalagi kembar
identik. Mereka berdua hanya lahir di tahun yang sama, terpisahkan sebelas
bulan. Yang satu beramur 34 tahun (Wibisana), yang satunya (Ikanuri) 33
tahun. Menariknya, meski Ikanuri lebih muda, dia lebih dominan dalam urusan
apapun dibanding Wibisana. Makanya orang-orang justru berpikir Ikanuri-lah
yang menjadi kakak.
"Kau mimpi apa?" Wibisana tertawa melihat wajah Ikanuri yang
mengernyit, berusaha mengusap-usap matanya yang sedikit merah.
"Biasa! Mimpi dikejar-kejar Kak Lais pakai sapu lidi! Sialan, kali ini ia
berhasil memukul pantatku! Sakit sekali — " Ikanuri menjawab seadanya,
nyengir. Pura-pura mengusap punggungnya. Ikut tertawa.
Demi mendengar celetukan adiknya, Wibisana tertawa lebih lebar. Bagian
itu kenangan masa kecil favorit mereka, olok-olok masa lalu yang
menyenangkan untuk diingat, meski telah berkali-kali diingatnya. Nyengir
lebar. Sementara Ikanuri sudah sibuk merapikan kemeja biru yang
dikenakannya. Membungkuk memasang tali sepatu. Tadi sengaja dilepas, agar
bisa rileks tidur di kursi penerbangan kelas ekonomi, yang tempat duduknya
ekstra sempit buat penerbangan jarak jauh.
"Ini apa?" Wibisana mendorong pelan laptop di atas tatakan meja, ikut
membungkuk, mengambil kertas yang tidak sengaja jatuh dari saku kemeja
Ikanuri saat memasang tali sepatu.
"Oo itu —, biasa titipan Juwita! Kau bacalah!"
"Papa, questi sono i miei desideri.. 1. Pizza, 2. Spagheti, 3. Miniatur
Colloseum, 4. Miniatur Menara Miring, 5. Kaos bola Del Piero, 6. Kaos bola
Totti, 7, Kaos bola Materazzi, 8. Kaos bola Zidane," Wibisana tertawa kecil
lagi, menghentikan membaca daftar panjang di kertas tergulung itu, "Haha,
bagaimana mungkin 'sigung kecil' itu tidak tahu kalau Zidane sudah tidak main
bola lagi di Juventus? Lagipula Zidane sudah lama pindah ke liga Spanyol,
bukan? Sudah pension pula sejak piala dunia. Tidak adalah kaosnya di sini—"
"Mana pula anak itu akan peduli," Ikanuri menerima kertas pesanan
tersebut dari Wibisana, melipatnya. "Kau tahu, Juwita seminggu terakhir
sengaja benar membuka buku pintarnya tentang Italia. Mendaftar semua
pesanan ini. Entahlah, sempat atau tidak membeli semuanya, apalagi kaos-kaos
bola ini. Buat apa coba Juwita titip kaos bola, jelas-jelas ia anak perempuan,
kan? Titipannya kali ini benar-benar akan merepotkan. Mungkin tidak semua
akan bisa kubelikan..."
"Kalau begitu, bersiap-siaplah melihat wajah sok merajuknya saat kau
nanti pulang!" Wibisana nyengir lebar, "Anak itu memang pintar membuat
orang lain susah.... Pandai menipu. Jago pura-pura merajuk. Haha, mirip benar
dengan tabiat buruk ayahnya waktu kecil."
Ikanuri mengusap rambut. Ikutan nyengir. Bergumam dalam hati,
Wibisana pasti juga mengantongi daftar puluhan pesanan yang sama dari
Delima, anaknya. Bukankah kemarin Juwita bilang, ia mengirimkan daftar
pesanannya ke Delima lewat email. Anak-anak mereka yang berumur enam
tahun itu mirip benar ayahnya masing-masing. Kompak urusan beginian, meski
sering sekali justru sibuk bertengkar saat sedang bermain bersama. Sebenarnya
perangai Delima-Juwita memang copy-paste perangai ayah-ayah mereka berdua
waktu kecil dulu.
Pesawat Boeing kapasitas dua ratus penumpang itu bersiap meluncur ke
landasan bandara. Gemerlap lampu kota Roma terlihat indah dari bingkai
jendela. Menawan. Wibisana melipat laptopnya.
"Kau sudah selesaikan revisi presentasinya?"
Wibisana mengangguk mantap, "Kali ini, petinggi pabrik itu tidak akan
menolak.... Kita akan memberikan lebih banyak keuntungan dibandingkan
perusahaan dari China itu!"
Ikanuri mengangguk kecil. Memasukkan kertas pesanan gadis kecilnya ke saku. Menepuk-nepuk saku kemeja. Ini perjalanan bisnis yang penting.
Pembicaraan besok pagi di salah satu kedai kopi elit dekat Piazza de Palozzo
akan menentukan rencana ekspansi pabrik kecil milik mereka. Sebenarnya
dibandingkan pesaing raksasa industri China itu mereka tidak ada apa-apanya.
Pabrik butut itu tak lebih dari bengkel modifikasi mobil. Mereka hanya punya
modal nekad. Keberangkatan ini juga pakai acara pinjam uang Mamak Lainuri
segala. Ah, sejak kecil memang inilah yang mereka miliki. Nekad. Bandel.
Keras kepala. Di samping tentang teriakan 'kerja-keras', 'kerja-keras', 'kerja-
keras' yang selalu diocehkan Kak Laisa saat galak melotot sambil memegang
sapu lidi, memarahi mereka.
Sejak kecil Ikanuri dan Wibisana sudah kompak. Kakak-beradik yang
selalu bisa saling mengandalkan. Hari ini mereka berangkat ke Roma bersama-
sama. Menyelesikan tender hak pembuatan sasis salah-satu mobil balap
tersohor produksi Italia. Seperti biasa, pesaing mereka (juga pesaing
pengusaha-pengusaha lokal lainnya), datang dari negeri Panda, China. Mereka
sejak kecil selalu berdua. Tidak terpisahkan. Sekarang saja rumah mereka
berseberangan jalan. Dengan istri dan satu gadis kecil usia enam tahun masing-
masing. Delima dan Juwita. Bahkan, percaya atau tidak, Ikanuri dan Wibisana
menikah di hari, tempat, dan penghulu yang sama. Delima dan Juwita juga lahir
di hari yang sama. Jadi meski tidak kembar secara biologis, Ikanuri dan
Wibisana lebih dari 'kembar'.
Lima menit berlalu, burung besi berukuran jumbo itu mendarat dengan
mulus di landasan. Penumpang yang seratus persen sudah terjaga bergegas
menurunkan tas-tas dari bagasi. Bersiap turun setelah penerbangan belasan jam.
Menggerak-gerakkan badan. Berusaha mengusir pegal.
"Biar aku saja yang menghubungi mereka!" Ikanuri yang melihat
Wibisana mengeluarkan HP-nya, ikut mengeluarkan dua telepon genggam
miliknya. Satu untuk urusan bisnis. Satu untuk urusan keluarga. Dua-duanya
dikeluarkan. Perlahan menekan tombol ON. Menyalakannya. Tadi saat
keberangkatan, galak sekali pramugari pesawat menyuruh penumpang
mematikan HP. Yeah, penumpang dari Indonesia memang bebal bin bandel soal
beginian. Mereka lupa, maskapai yang mereka naiki bukan maskapai domestik
kelas kampung yang cuek dengan standar internasional keamanan penerbangan.
"Mereka berjanji menjemput di bandara, bukan?" Wibisana duduk
kembali, membiarkan penumpang lain bergegas turun duluan.
"Yap, tenang saja, Italiano Silsilia itu pasti akan menjemput kita. Kalau
tidak, paling sial kita nyasar lagi di negeri orang, haha," Ikanuri tertawa,
menunggu dua telepon genggamnya booting. Dua detik berlalu. Lantas
menekan phonebook.
Tetapi sebelum dia melakukannya, HP untuk urusan keluarganya keburu
bergetar duluan. SMS. Juga bergetar di saat bersamaan HP milik Wibisana. Itu
juga HP urusan keluarga. Siapa? Ikanuri dan Wibisana menelan ludah. Saling
bersitatap satu sama lain. Siapa yang mengirimkan SMS? Hanya ada enam
orang yang tahu nomor itu, dan mereka berdua diantaranya.
Keliru. Bukan dari siapa pertanyaan tepatnya Ikanuri dan Wibisana
barusan. Tapi lebih tepat: ada apa? Apa yang terjadi? Wajah mereka berdua
mendadak mengeras, cemas, SMS? Ini pasti Mamak Lainuri. Yang lain pasti
selalu menelepon jika ada urusan penting. Bukankah seumur-umur Mamak
tidak pernah mengirimkan SMS. Menggunakan HP-nya saja, Mamak tak mahir
benar. Jika Mamak yang kirim, ini pasti penting sekali.
Tangan Ikanuri dan Wibisana sedikit terburu-buru menekan tombol open.
Gagap membaca kalimat-kalimatnya. Menggigit bibir. Terdiam. Lantas
bersitatap lemah satu sama lain lagi. Satu detik. Dua detik. Lima detik. Senyap.
Berdiri diam di antara sibuknya gerakan 198 penumpang beranjak turun. Dan
seperti sontak diperintahkan, mereka berbarengan melangkah mendekati
pramugari. Mendorong-dorong penumpang lain. Bersikutan. Lupa sudah
dengan koper-koper. Lupa sudah dengan janji pertemuan bisnis yang penting,
besok pagi. Lupa dengan segalanya.
Ikanuri terbata berkata: "Il Volo.. per Jakarta.. C'e un volo per Jakarta
questa sera?"
Apa ada…penerbangan kembali ke Jakarta... malam ini juga?
ovel Bidadari-Bidadari Surga BAGIAN 5 (5 foto)
==> http://www.facebook.com/notes/maiya-azyzaa/novel-bidadari-bidadari-surga-bagian-5/247947471954369

BIDADARI-BIDADARI SURGA by Tere Liye
BAGIAN 5
PENGUASA ANGKASA

DUA PULUH RIBU kilometer dari langit malam kota Roma yang cemerlang
oleh cahaya. Di sini, pagi justru sedang beranjak meninggi. Pukul 06.00. Udara
berkabut. Putih membungkus puncak Semeru. Pemandangan luas menghampar
begitu memesona. Tebaran halimun yang indah. Empat gunung di sekitarnya
terlihat menjulang tinggi, mengesankan melihatnya. Berbaris. Gunung Bromo.
Tengger. Merbabu. Seperti serdadu. Uap mengepul dari kawah Semeru. Angin
mendesing lembut. Samudera Indonesia memperelok landsekap, terlihat
terbentang nun jauh di sana. Membiru. Sungguh pemandangan yang hebat.
Tangan yang memegang teropong binokuler berkekuatan zoom 25 kali itu
sedikit gemetar. Brrr.... Dingin. Suhu menjejak 4 derajat celcius di atas sini,
ketinggian 3150 meter dpl (di atas permukaan laut). Jaket tebal yang
membungkus, topi lebar, slayer besar tak membantu banyak. Hanya karena
terbiasa dan antusiasme tak terbilanglah yang membuat gadis berumur 34 tahun
itu tetap bertahan dari tadi shubuh persis di tubir kawah Semeru. Mukanya
seolah tidak peduli dengan dinginnya pagi, malah menyeringai oleh senyum
senang. Mata hitam indahnya bercahaya. Wajah cantik itu amat bersemangat.
Rambut panjangnya menjuntai, mengelepak pelan oleh deru angin pagi....
Ia sudah lama menunggu kesempatan ini. Dingin dan sukarnya trek terjal
pegunungan bukan masalah. Ia menguasai medan sulit seperti ini sejak kedl.
Dulu, sejak ingusan, ia belajar langsung dari jagonya.
"Arah pukul dua belas! Arah pukul dua belas!" Gadis itu tiba-tiba berseru
tertahan.
"Mana? Di mana?"
"Lima belas meter dari bibir kawah. Dinding dekat batu cokelat! Batu
cokelat, bukan yang hitam." Gadis itu berbisik antusias ke teman-teman di
belakangnya, berusaha mengendalikan volume suaranya.
"Mana? Di mana?" Dua rekannya, cowok-cewek, dengan usia tidak beda,
dengan pakaian sama tebalnya bertanya lagi sambil beringsut mendekat.
Mengarahkan binokuler masingmasing ke arah yang ditunjuk gadis satunya
barusan.
"Batu besar arah jam dua belas! Batu besar cokelat—"
"Batu besar? Cokelat?"
"PKAAAK!" Lenguh suara nyaring itu sempurna sudah memecah hening
puncak Semeru. Bagai menguak kabut. Bagai membelah halimun. Membuat
wajah-wajah sontak tertoleh, mendongak.
"PKAAAK!" Sekali lagi membuncah pagi.
"Terbang! Ada yang terbang."
"Di mana? Di mana?"
"Arah pukul delapan. Di atas. Di atas, sebelah kiri!"
Gadis yang duduk paling depan, yang membungkuk di tubir kawah
Semeru itu berseru semakin tertahan. Wajahnya semakin antusias. Berbinar-
binar senang. Binokuler ditangannya bergerak gesit. Rambut panjangnya
bergerak anggun. Zoom in. Teropong model canggih itu berdesing oleh perintah
auto focus.
Persis di atas mereka, seekor burung alap-alap kawah gunung, dengan
bentang sayap berukuran 45 cm, bagai pesawat falcon, mungkin juga F-14
menderu melesat. Bukan main. Sempurna seperti sedang menyibak gumpalan
putih kabut. Bicara soal kecepatan dan manuver terbang, sumpah tidak ada
yang mengalahkan Peregrin, inilah sang penguasa kawah gunung. Bukan elang.
Bukan garuda. Bukan pula Rajawali. Tapi alap-alap (kawah). Merekalah
penguasa langit sejati. Burung yang hidup di tempat tertinggi di dunia. Di
tempat paling eksotis di seluruh muka bumi. Yang mampu terbang hingga ke
ketinggian pesawat terbang.
"PKAAAK!" Alap-alap kawah itu terbang melesat seolah hendak
menghujam ke dinding dekat gumpalan batu cokelat. Sarangnya!
Tiga orang yang mengawasi dari sisi lereng seberangnya melotot melalui
binokuler. Sungguh, pemandangan yang menakjubkan.
Gerakan tubuh alap-alap kawah itu persis bagai pesawat tempur yang
menyerbu. Dan sedetik sebelum tubuhnya seakan-akan hendak menghantam
dinding kawah, sayapnya terlipat ke belakang. Begitu anggun, begitu mulus,
kecepatannya berkurang dalam hitungan sepersekian detik. Lantas bagai
seorang ballerina sejati, sekejap, sudah mendarat sempurna. Perfecto!
Gadis yang duduk di depan menggigit bibir. Terpesona. Menghela nafas.
Sungguh pertunjukan atraksi alam yang spektakuler. Binokulernya mendesing.
Mode: full zoom in. Sekarang ia bisa melihat bulu leher Peregrin yang
kemerah-merahan seperti menatapnya dari jarak sedepa saja.
Kuku-kuku kaki tajam induk alap-alap kawah itu menggenggam mangsa
yang baru didapatnya pagi ini. Tiga ekor anaknya menyembul dari dalam
sarang. Ber-pkak, pkak lemah, meski riang. Paruh yang terjulur. Warna emas
itu. Positif! Tidak salah lagi!
"Ya Allah! Itu jelas-jelas Peregrin varian baru! Jenis baru.... Ini, ini berarti
Bidadari-Bidadari Surga Bidadari-Bidadari Surga
Editor By. I-One Editor By. I-One
Gold Level untuk bantuan penelitian kita. Thanks, God! Akhirnya. Akhirnya!
Seratus ribu dollar Amerika untuk konservasi mereka...." Gadis yang duduk
paling depan itu tertawa lebar, melepas teropong binokuler dari wajahnya.
Terlihat amat senang. Lega. Menghempaskan pantatnya ke bebatuan. Dua
temannya ikut mengangguk-angguk beberapa detik kemudian. Sepakat soal
varian baru tersebut setelah melihatnya lebih jelas dengan binokuler masing-
masing. Ikut tertawa lega.
Yashinta nama gadis itu. Team leader kelompok penelitian kecil burung
dan mamalia endemik. Selain peneliti dari lembaga penelitian dan konservasi
nasional di Bogor, ia juga koresponden foto National Geographic.
Mengumpulkan foto-foto alam yang indah dan insightfull untuk majalah itu.
Pagi ini, setelah berkutat seminggu di puncak Semeru, mereka akhirnya
berhasil menemukan sarang burung langka tersebut. Awal yang baik dari riset
berbulan-bulan ke depan untuk memetakan perangai dan tingkah-laku alap-alap
kawah varian baru. Proyek konservasi jangka panjang.
Yashinta meraih kamera SLR di tas pinggangnya. Senyum riang itu tak
kunjung lepas dari wajah memerahnya. Ini akan jadi foto yang hebat, desisnya
senang. Bisa jadi photo cover majalah. Membuka lensa kamera. Bersiap
mengambil foto induk Peregrin yang sedang memberi sarapan tiga anaknya.
Saat itulah, saat Yashinta sibuk mengarahkan lensa 600/6.4 mm, lensa dengan
kemampuan merekam tahi lalat di pipi soseorang dari jarak seratus meter,
telepon genggam satelit yang ada disaku celana gunungnya mendadak
berdengking-dengking.
Kedua temannya menoleh. "Ssst!" Menyeringai mengingatkan. Mana
boleh bersuara saat mereka mengamati burung. Lihatlah, meski jarak mereka
nyaris lima puluh meter dengan sarang alap-alap kawah, induk burung itu
mendadak menoleh. Terganggu.
Yashinta nyengir, maaf, buru-buru meraih HP-nya.
Yang berdengking adalah HP satelit urusan keluarga, yang selalu ia bawa
kemanapun pergi. Tiba-tiba jantung gadis itu berdetak lebih kencang. Dari
siapa? Ah-bukan, bukan itu pertanyaan tepatnya, tapi ada apa? Apa yang
terjadi? S-M-S? Itu pasti Mamak. Bukankah Mamak tidak pernah
menggunakan HP-nya? Tidak pernah terbiasa? Yang lain pasti selalu
menelepon. Kenapa pagi ini tiba-tiba Mamak mengirimkan SMS? Sedikit
terburu-buru Yashinta menekan tombol oke. Terbata membaca pesan 203
karakter tersebut. Seketika, hilang sudah senyum riang itu.
Seketika hilang sudah wajah menggemaskan kemerahan terbakar cahaya
matahari pagi di puncak Semeru itu. Yashinta dengan tangan bergetar
menurunkan kamera canggih SLR-nya. Menelan ludah, menyeka dahi, lantas
berbisik lemah, "Aku harus pulang! Aku harus pulang!"
Senyap. Gumpalan kabut yang membungkus puncak Semeru mendadak
membungkus sepi. Yashinta sudah bergegas turun dari tubir kawah. Sambil
jalan, sembarangan memasukkan peralatan ke dalam ransel. Tidak peduli
tatapan terperangah dua temannya. Tidak peduli dua ekor Peregrin lainnya
dengan anggun terbang mendekat ke sarang di batu cokelat. Tidak peduli.
Apalagi pemandangan hebat dari puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.
Yashinta berlarian menuruni lereng terjal.
Pulang. Ia harus segera pulang!
Itu pasti Kak Laisa! Itu pasti Kak Laisa! Yashinta menyeka matanya yang
mendadak basah, sambil terisak menangis, meluncur menuruni cadas bebatuan
secepat kakinya bisa.
Bergegas....

BERSAMBUNG..,
==> http://www.facebook.com/notes/maiya-azyzaa/novel-bidadari-bidadari-surga-bagian-6/250744471674669

BIDADARI-BIDADARI SURGA by Tere Liye
BAGIAN 6
AKU HARUS PULANG, SEKARANG!

"ADUH, Intan lagi sibuk, Mi!" Gadis kecil itu menyeringai sebal. Merasa
terganggu.
"Intan harus pulang, sayang...."
"Kan bisa tunggu bentar, lagi tanggung, Bentar lagi juga bel!"
"Sekarang, Intan! Tadi Ummi sudah bicara sama Headmaster Miss Elly!
Intan boleh ijin selama diperlukan— "
"Yee, Ummi, Intan kan lagi ngurus Safe The Planet! Mana lagi seru-
serunya. Besok kan Intan mau keliling bawa-bawa gelang karet ke Pasar Induk
bareng teman-teman.... Mana boleh Intan ijin sekolah...." Gadis kecil yang gigi
atasnya sedang tanggal satu itu malas memberesi tas, penggaris, crayon, kertas
gambar, buku-buku, pensil di atas mejanya. Sengaja melakukannya pelan-
pelan.
Teman-teman kelasnya sibuk menoleh, menonton.
Dalimunte yang berdiri di belakang, tersenyum mengangguk. Berusaha
membuat nyaman teman-teman Intan, meski apa daya ekspresi mukanya jadi
terlihat aneh. Mereka baru saja tiba di sekolah alam itu. Menjemput putri
mereka persis di tengah pelajaran melukis—favorit Intan. Rusuh sejenak bicara
dengan kepala sekolah. Menjelaskan. Headmaster Miss Elly yang apa daya
nge-fans berat sama Profesor Dalimunte, jangankan soal sepenting ini, soal
Intan pilek sedikit saja langsung boleh ijin tiga hari, mengangguk. Tidak
masalah.
"Memangnya kita mau kemana sih, Mi? Mendadak benar!" Gadis kecil
berumur sembilan tahun itu memasukkan crayon biru terakhirnya ke dalam tas.
Menoleh ke wajah Ummi yang seperti tidak sabaran ikut membantu berberes-
beres. Padahal sejak setahun terakhir mana pernah coba Ummi bantu-bantu
beres kamarnya, Intan kan sudah besar, bisa sendiri.
"Perkebunan strawberry!" Dalimunte yang menjawab, pendek.
"EYANG LAINURI?" Mata hitam gadis kecil itu membulat. Dalimunte
mengangguk, mengusap lehernya.
"HORE!!" Intan mendadak malah semangat menyeret tas sekolahnya
yang berat itu. Wajah malasnya tadi langsung sirna. Ia malah tidak perlu
ditunggu lagi, langsung maju ke depan. Membawa kanvas lukisnya. Pamitan ke
Miss Ani, guru kelas 5-nya (dua tahun terakhir Intan loncat kelas dua kali).
Lantas, tanpa diminta memimpin berjalan di depan Dalimunte dan Ummi
sambil melambaikan tangan ke teman-temannya.
"Eh, sebentar-"
"Apa sayang?" Langkah Ummi ikut terhenti.
"Gelang karetnya kelupaan! Intan kan mesti bawa gelang karet buat
Eyang! Biar pamanpaman yang ngurus kebun bisa pake gelang, biar mereka
pakai dua gelang setiap tangannya!" Ia nyengir, tertawa kecil, senang atas
idenya. Berhenti sejenak. Mendekati teman-temannya yang masih sibuk
menonton.
Dalimunte untuk ke sekian kalinya melirik jam di pergelangan tangan.
Mendesah. Semoga belum terlambat.

**********

"Come on, why nan avete due posti per noi? Any flight, questo e molto
importante!" Wajah Ikanuri terlihat memelas.
Dulu Ikanuri jagonya soal menipu orang lain dengan wajah sok memelas.
Kak Laisa yang suka mengejar-ngejarnya dengan sapu lidi, berkali-kali tertipu
soal ini. Sok memelas sakit (malas sekolah). Sok memelas sakit (malas bantu
Mamak Lainuri). Sok memelas sakit (malas ngurus kebun). Sakitnya si bisa
macam-macam. Sakit kaki-lah. Sakit tangan. Bisul. Bahkan panu pun bisa jadi
alasan Ikanuri.
"Mi displace, tutti i voli dall'italia sono pieni da una settimana fa! Questa
settimana c'e la finale di Champions League!. Maaf, penerbangan kemanapun
dari Italia sudah penuh sejak seminggu lalu! Minggu ini final Liga Champion,
Senior! Seluruh jadwal penerbangan penuh dari Roma!"
"Ayolah! Bagaimana mungkin kalian tidak punya dua kursi untuk kami?
Di kelas apapun. Penerbangan apapun. Ini penting sekali! Dua tiket saja!"
"Senior tidak mengeri. Ini final Liga Champion—"
"Solo due biglietti?"
"Questa e la finale di Calcio—"
"Sepak bola sialan! Kenapa pula semua orang sibuk menonton 22 orang
berebut satu bola! Kenapa mereka tidak dikasih 22 bola juga saja!" Ikanuri
memotong kalimat gadis itu, meremas rambutnya. Memaki. Teringat kaos bola
titipan putrinya.
Ini juga gaya favorit Ikanuri waktu kecil dulu kalau menipu guru di kelas
(ketahuan bolos). Atau ketahuan mencuri uang di kelpeh plastik Mamak
Lainuri. Sok bego tidak mengerti. Ah, tapi sekarang ekspresi itu benar-benar jujur. Lagipula sejak puluhan tahun silam, Ikanuri sudah insyaf. Kapok.
Mengerti benar maksud Kak Laisa yang suka berteriak, 'kerja keras!', 'kerja
keras!', 'kerja keras!'
"Bisa tolong cek jadwal penerbangan maskapai lainnya, please?"
Wibisana yang berdiri agak dibelakang Ikanuri menyibak maju ke depan.
Berusaha tersenyum ke gadis penjaga loket biro perjalanan di Bandara Roma
yang sejak tadi berkali-kali tersenyum tanggung menghadapi seruan-seruan
Ikanuri.
"Percuma, Senior, Benar-benar full. Anda lihat rombongan di sana!
Rombongan kedutaan negara Anda. Mereka hari ini juga ingin ke Jakarta. Tidak
ada lagi tiket tersisa. Tidak buat mereka. Juga tidak buat, Senior. Maaf—"
Gadis penjaga itu mencoba ikut bersimpati. Menunjuk lima orang yang
bergerombol diruang tunggu. Wibisana dan Ikanuri menelan ludah.
"Jadi apa yang harus kami lakukan?" Ikanuri bertanya putus-asa.
Gadis itu diam sejenak. Mengetikkan sesuatu.
"Kalau Senior mau, saya bisa melakukan reservasi penerbangan dari
bandara lain...." Menekan-nekan keyboard komputernya.
Wajah Ikanuri sedikit cerah oleh kemungkinan baik tersebut.
"Dari mana? Verona? Milan? Tidak masalah. Asal hari ini juga—"
"Maaf, bukan dari Italia, Senior. Tadi sudah saya bilang, malam ini
digelar pertandingan final Liga Champion di Roma, ditambah pula ini musim
kunjungan ke Vatikan, Sakramen Agung. Jadi seluruh penerbangan ke kota-kota
di Italia penuh. Juga negara-negara di sekitar. Vienna, Austria juga penuh.
Hm.... Paling dekat.... Ergh, dari Paris, Perancis! Mau??"
Perancis? Rona kabar baik itu seketika padam.

BERSAMBUNG..,